Rabu, 20 Oktober 2021

Ternyata Mengenali Emosi dan Bisa Mengelolanya, Membuat Kita Jadi Bisa Selalu Berprasangka Baik dan Mengundang Keberuntungan Lho!

Kamu Orangnya Emosian Ya? 

Ketika mendengar kata emosi, langsung deh yang kepikiran di kepala Emak adalah marah. 
Kalau ada yang tanya, "kamu emosian ya?" Emak langsung mengartikannya, "Kamu gampang marah ya?"

Padahal.... Ternyata emosi itu banyak banget lho. Kalau diperinci bikin Emak bingung menghapalkannya. Coba deh lihat gambar di bawah ini:
Wkwk... Ketahuan ini foto discreenshoot dari HP. Biar ketahuan sumbernya jadi biar saja tidak dipotong gambarnya. 

Gambar di atas adalah gambar Roda Emosi Plutchik. Di sana bisa dilihat betapa beragamnya emosi yang ada pada diri seseorang. Namun, umumnya orang mengenal lima emosi dasar yaitu: senang, sedih, takut, marah dan jijik. Kalau kalian pernah menonton film Inside Out, begitulah perasaan dasar manusia diterjemahkan. 


Alangkah baiknya kita belajar mengenali semua emosi yang ada pada diri kita. Marah, senang, sedih, takut dan jijik, hanyalah sebagian dari emosi yang ada. Dibalik kelima emosi itu dan emosi-emosi yang lain ada pesan-pesan tersembunyi yang mereka bawa. 

Mengenal Emosi di Dalam Diri

Dengan mengenali emosi, Emak jadi tahu apa yang terjadi dengan perasaannya dan jadi punya kesadaran untuk mengelolanya. Waktu belum mengenal dan memiliki kesadaran tentang emosi, Emak seringkali galau dan uring-uringan tanpa tahu sebabnya. Emak jadi galak dan gampang marah, tapi Emak tidak tahu kenapa bisa begitu. 

Alhamdulillah Emak belajar dari bu Sovia Sahid, founder Motiva Consulting dan komunitas Strong Shalihah, waktu ikut kelas Healing Before Parenting. Dari sana Emak jadi tahu tentang roda emosi Plutchik dan pesan apa yang dibawa oleh masing-masing emosi tersebut. 

Tapi namanya ilmu, kalau jarang dipraktekkan ya banyak lupanya. Alhamdulillah, Emak diingatkan lagi tentang emosi dari kelas Embrace Your Innerchild & Be Happy dari Ruangpulih.com bersama dr. Rai dan Mbak Intan
Emak jadi semakin paham apa itu emosi. Dari bu Sovia Emak mengetahui bahwa emosi berasal dari bahasa Perancis emotion dan bahasa Latin emovere yang berarti bergerak ke luar. Hal ini menunjukkan bahwa emosi adalah faktor yang menggerakkan kita untuk melakukan sesuatu. 

Emosi marah misalnya. Kemarahan bisa membuat kita melakukan sesuatu yang disesali kemudian. Emosi senang, bisa membuat kita menjadi berani dan bersemangat melakukan sesuatu. Emosi takut, membuat kita menghindari hal yang membahayakan. Emosi sedih, bisa membuat kita mengingat orang-orang yang kita cintai dan betapa mereka sangat berarti. Emosi jijik bisa menyelamatkan kita dari penyakit dengan cara menjauhi hal yang menjijikkan itu. 

Jadi semua emosi membawa pesan dan energi untuk kita melakukan sesuatu. Dengan mengenali emosi yang ada, kita jadi bisa mengambil jeda dan berpikir untuk memilih respon apa yang akan kita lakukan. Kalau memilih respon positif, hasilnya akan positif. Demikian pula sebaliknya. 

Contohnya orang yang marah. Marah mempunyai energi yang besar. Apabila orang yang marah langsung bertindak tanpa memilih respon, biasanya yang dilakukan adalah sesuatu yang spontan. Marah langsung tonjok, misalnya. Tapi kalau orang yang marah mengenali emosinya, dia bisa mengambil jeda untuk berpikir, mungkin dia akan memilih mengalihkan energinya untuk hal baik. Daripada nonjok orang yang bisa berakibat panjang, lebih baik mengalihkan energinya untuk nyangkul di sawah. Energi tersalurkan, sawah pun bisa ditanami. Eh, tentu saja ini buat yang punya sawah ya. Jangan sawah orang asal dicangkul. Bisa berabe nanti. 

Contoh lainnya emosi sedih. Orang yang sedih cenderung berdiam diri, melamun, menangis. Tapi kalau dia memiliki kesadaran emosi, mengenali emosinya dan bisa memilih energi kesedihannya diarahkan ke mana, daripada melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat, dia bisa lebih mendekatkan diri pada Allah Swt. Daripada diam melamun, lebih baik berdzikir, perbanyak doa dan beribadah. 

Emosi takut bisa menyelamatkan, bisa membuat seseorang punya kekuatan yang luar biasa. Contohnya pada saat terjadi tsunami di Aceh. Ada seorang ibu rumah tangga yang selamat karena memanjat pohon kelapa. Dalam kondisi biasa, dia tidak bisa memanjat pohon setinggi sepuluh meter itu. Tetapi karena takut, dia jadi bisa melakukannya. 

Nah, coba ingat-ingat bagaimana cara kalian menyalurkan energi emosi? Langsung tersalurkan secara impulsive, alias begitu ada stimulus langsung merespon secara langsung, atau kalian sempat mengambil jeda dan memilih respon yang kalian anggap baik? 

Emosi Positif dan Negatif

Menurut Emak semua emosi itu baik. Semua emosi itu adalah anugerah dari Alloh Swt yang sangat luar biasa. Emosi memberitahu kita apa yang seharusnya kita lakukan. 

Seperti halnya emosi marah tadi. Kemarahan membuat kita berani menghadapi sesuatu. Kita diingatkan untuk bisa terus melangkah mencapai tujuan kita. 
Emosi sedih membuat kita mengingat orang-orang yang kita sayangi. Betul tidak, kalau lagi sedih biasanya kita ingat ibu? Juga ingat orang-orang yang dekat dengan kita. 
Contoh lain misalnya saat kaget, kita dipaksa untuk fokus pada apa yang kita hadapi.  Sedang naik motor ngantuk, hampir nabrak dan kita kaget. Setelah itu ngantuk hilang dan kita bisa fokus mengemudi. 
Rasa malu, membuat kita memeriksa kembali kesalahan yang telah kita lakukan dan berusaha memperbaikinya. 
Rasa senang membuat kita bersemangat. 
Rasa syukur membuat kita bahagia.
Dan banyak lagi pesan yang dibawa oleh emosi. Kalian bisa coba amati sendiri, apa perasaan kalian saat ini dan pesan apa yang dibawanya? 

Terima semua emosi yang kita rasakan. Tapi emosi negatif harus segera dialihkan. Karena tubuh kita, mengeluarkan gelombang energi ke alam semesta ini yang akan menarik peristiwa seperti yang kita pikirkan. 

Dari video dr. Aisah Dahlan Emak belajar bahwa tubuh manusia itu terbagi menjadi dua, yaitu badan seluler dan bioplasmik. Badan seluler adalah badan yang tampak ini, sedangkan badan bioplasmik berujud energi yang tidak kelihatan. 


Enargi terbesar yang dipancarkan tubuh berasal dari jantung, kemudian dari otak, dan seluruh tubuh. Enargi ini dipancarkan melalui Pembuluh meridian yang terletak di bawah kulit. Energi ini terpancar ke alam semesta dan menarik peristiwa seperti yang kita pikirkan dan rasakan. 

Pernah dengar istilah sudah jatuh tertimpa tangga pula? Nah, itu adalah salah satu gambarannya kalau kita terus-terusan memancarkan energi emosi negatif kita ke alam semesta. Yang kita rasa dan pikirkan sebenarnya belum tentu terjadi, tetapi karena kita pikirkan terus bisa kejadian beneran dan lebih parah dari yang kita pikirkan. Naudzubillahi min dzalik. 

Begitu juga dengan pikiran dan perasaan positif. Saat kita terus-terusan memikirkan dan merasakannya, maka Alloh akan membuat alam semesta ini membantu kita mendapatkannya. Bahkan kita bisa mendapatkan lebih dari yang kita kira. Karena Alloh itu beserta prasangka hamba-Nya. Dan barang siapa yang bersyukur maka Alloh akan menambah nikmat-Nya. 

Beberapa kali Emak pernah mengalami hal ini. Ketika berprasangka baik, banyak sekali kebaikan yang Emak terima. Contohnya, ketika tetiba ada tawaran menulis buku bareng salah satu idolanya, yaitu ibu Sovia Sahid. Memang buku itu sekarang belum jadi, insyaAlloh masih berlangsung penulisannya, tapi Emak masih takjub dengan tawaran yang datang itu. Emak tidak mencari peluang, bahkan tidak berharap akan bisa menulis buku bareng Bu Sovia. Emak hanya berpikir kepingin bisa menulis yang menginspirasi banyak orang dan tulisan itu bisa menjadi amal jariyah untuk Emak. 

Keberuntungan itu yang mendatangi Emak, atas kehendak Alloh tentu. Setelah sholat istikhoroh, Emak pun menerima tawaran itu. Bukan hanya bisa berproses menulis buku berdua, Emak bahkan bisa berjumpa dengan Bu Sovia di Surabaya, ditraktir makan di Tunjungan Plaza lagi. Padahal Surabaya adalah sebuah tempat yang seolah jauh dari jangkauan Emak yang berdomisili di Semarang. 

Kemudian tanpa diduga, Emak dihubungi oleh orang nomor satu di IIDN, siapa lagi kalau bukan buketu sekaligus Emaknya Bloger, Bu Widyanti Yuliandari. Beliau memberikan informasi tentang menjadi kandidat Innerchild Healing Ambassador for Indonesia dan meminta Emak mempertimbangkannya. Sungguh sesuatu tidak disangka yang membuat Emak bersyukur. Ternyata buketu diminta oleh Mbak Intan Maria Lie, founder Ruangpulih.com untuk menghubungi Emak. Emak pun sholat istikhoroh sebelum memutuskan mengambil kesempatan tersebut. 

Rasanya gimanaaaa gitu, bisa bersama-sama para blogger sungguhan mengikuti acara ini. Ya gimana, Emak satu-satunya yang blognya gratisan dan sudah lama tidak aktif. Kok bisa ya mendapatkan tawaran mengikuti acara keren ini? Jawabannya, bisa saja! Karena bagi Alloh segalanya mudah. 

Emak hanya berpikir, bagaimana agar bisa lebih banyak mempelajari tentang innerchild dan bisa membantu orang-orang yang bermasalah dengan innerchild agar mereka bisa menjadi lebih baik dan bahagia? Ternyata di sinilah jawabannya. 

Sekali lagi, sebuah keberuntungan menghampiri Emak, yaitu ketika bisa mengikuti pelatihan Access Bars di Yogyakarta bersama Mbak Intan. Mengikuti pelatihan ini butuh biaya yang banyak. Butuh waktu juga. Tapi Emak mendapatkan dukungan dari suami dan bisa ikut acaranya. Buat Emak ini kejadian luar biasa! Apalagi di sana bisa bertemu dengan buketu Mbak Widya dan putrinya, Rania. 

Selain itu masih banyak kebaikan yang Emak dapatkan. Tapi segini dulu aja deh cerita tentang Emak.

InsyaAllah nanti Emak cerita lagi di lain kesempatan ya! 
Terima kasih sudah membaca tulisan Emak ini😍😘. 


Senin, 11 Oktober 2021

Sudahkah Kalian Berdamai dengan Diri Sendiri? Berdamai dengan Diri, Berdamai dengan Innerchild. Bahagia pun Menanti.

Bagian Diri yang Ribut Sendiri

Membaca kalimat berdamai dengan diri, timbul pertanyaan dalam diri Emak, apakah selama ini terjadi peperangan dalam diri sehingga harus berdamai? 

Ya nggak gitu juga kali. Tapi coba deh amati, di dalam diri kita ini ada banyak bagian diri yang mempunyai perasaan sendiri-sendiri. Pernah nggak kalian merasakan, ada bagian diri yang menginginkan sesuatu, tetapi ada bagian lain yang mengatakan kalau menginginkan sesuatu itu keliru? Lalu ada bagian lain lagi yang membangkitkan perasaan bersalah dll. 

Dulu Emak merasa begitu. Perasaan di dalam diri Emak ini ribut sendiri. Selalu muncul selftalk negatif. Hal ini membuat Emak galau, merasa kehabisan energi untuk menghendel perasaan sendiri. Jadi ya boro-boro bisa berbuat banyak untuk orang lain, lha untuk diri sendiri saja sudah kerepotan setengah hidup. 

Kisah perjalanan Emak menemukan dirinya sendiri, yang entah kapan pernah hilang, dan proses Emak berdamai dengan dirinya sendiri, Emak tuangkan dalam buku Semeleh, buku Antologi besutan IIDN. Silakan nanti dibaca kalau bukunya sudah terbit ya. 

Setelah mendapatkan kedamaian di dalam diri, bagian-bagian diri Emak sudah lebih jarang ribut sendiri. Kadang-kadang masih ada beda pendapat, tetapi dengan izin Alloh Swt bisa segera teratasi. 

Diri yang Utuh, Akan Mengembalikan Segalanya kepada Sang Penciptanya 

Diri yang damai ini seperti sebuah kesatuan yang saling mendukung dengan harmonis. Ketika ada kejadian tidak menyenangkan atau ada trigger dari luar, mereka bersatu mengatasinya. Saling memeluk dan menguatkan. Sehingga Emak merasa lebih tangguh menghadapinya. Sebelum menjadi diri yang damai, ketika mengalami kejadian yang tidak menyenangkan, Emak seperti mendapat serangan negative talk dari dalam dirinya, membuatnya semakin terpuruk. Namun, alhamdulillah, kini bila ada self talk negatif, Emak akan mengembalikan semuanya kepada Sang Pencipta. 

Emak ingat tentang 4 maqodirulloh. Yaitu bila diqodar nikmat, Emak harus bersyukur. Bila diqodar cobaan, Emak harus bersabar. Bila diqodar musibah, Emak harus istirja'. Bila diqodar salah, Emak harus bertaubat. 

Segala sesuatu di dunia ini tidak luput dari kekuasaan Alloh. Semua sudah ada qodarnya. Kita hanya tinggal menjalani sesuai dengan buku petunjuknya. Semua sudah ada aturannya, semua sudah ada petunjuk menjalaninya. 

Gelombang Energi yang Menarik Peristiwa

Emak merasa ketika dirinya damai, ada gelombang energi yang terpancar dari dirinya ke alam semesta. Gelombang energi ini menarik peristiwa seperti apa yang Emak pikirkan. 

Ketika Emak berpikir tentang semangat dan hal-hal yang menyenangkan, semakin banyak hal baik yang dirasakan Emak. Ketika Emak berprasangka baik pada sesuatu, hal itulah yang Emak dapatkan. Begitu pula yang sebaliknya. Kalau Emak berpikir tentang rasa cemas dan kekurangan, emak merasakan kegalauan dan semakin banyak kekhawatiran, meskipun itu belum tentu terjadi, banyak energi Emak yang terbuang yang membuatnya lowbat. 

Alloh beserta prasangka hambaNya. Maka berprasangka baiklah dan berdoa yang baik-baik, dan yakin dengan doanya itu. Ketika sudah terbiasa berprasangka dan berdoa yang baik, in syaa Alloh gelombang energi kita akan mudah menarik hal-hal yang baik. 

Kadangkala Emak tidak berdoa secara spesifik, tetapi hanya mengatakan atau menuliskannya di komentar media sosial. 

Seperti yang hari ini Emak alami. Beberapa waktu lalu Emak melihat postingan buketu IIDN Widyanti Yuliandari yang bertemu dengan Mbak Intan Maria Lie, founder Ruangpulih.com dan Emak menulis "yes in syaa Alloh next time saya yang ketemuan sama buketu dan Mbak Intan. Entah bagaimana caranya  😄", dan memang entah bagaimana Alloh mempertemukan kami hari ini di kelas access bars. 

Bahagia Menjadi Diri Sendiri

Banyak hal baik yang Emak dapatkan ketika sudah berdamai dengan dirinya sendiri. Karena itu Emak ingin lebih banyak orang yang bisa merasakan kedamaian dengan dirinya sendiri dan merasakan kebahagiaan. Bahagia itu bukan berarti tidak pernah susah. Orang yang tidak pernah susah belum tentu bahagia. Mungkin dia merasa senang, tetapi mungkin merasa bosan juga. Akhirnya malah mencari-cari hal yang aneh-aneh untuk menghilangkan bosannya. 

Bahagia itu adalah bisa menerima semua emosi yang muncul dari dalam diri. Bahagia itu bisa menerima diri sendiri dalam segala kondisi. Bahagia itu menyayangi dan mencintai diri sendiri serta bersyukur dengan semua yang telah Alloh berikan. Syukur dan sabar. Bahagia menjadi dirinya sendiri. 

Rasa tidak bahagia, bisa terjadi karena kurangnya rasa syukur di dalam diri kita pada sang Pencipta dan ciptaanNya. Namun untuk menimbulkan rasa syukur yang benar-benar muncul dari dalam diri, Emak pikir itu lebih mudah dilakukan ketika mengenal diri sendiri. Mengenal kelebihan dan kekurangannya. Mensyukuri kelebihannya dan menerima kekurangannya. 

Automatic Pilot

Salah satu hal yang menyabotase diri kita sehingga sulit untuk bersyukur dan bahagia adalah innerchild yang terluka. Innerchild adalah diri kecil kita yang berada di dalam diri dewasa. Sering kan kita dengar kata selalu ada anak kecil dalam tubuh orang dewasa. 

Innerchild ini ada yang terluka, ada yang bahagia. Ada orang yang bisa mengatasi luka innerchildnya dan segalanya baik-baik saja saat dewasa. Yang baik-baik saja ini tidak perlu mengorek masa lalu untuk mengetahui tentang innerchildnya. Akan tetapi, banyak orang yang Innerchildnya seringkali mengambil peran sebagai automatic pilot dalam kehidupannya. Maksudnya, saat tertrigger oleh sesuatu, kadangkala dia langsung melakukan hal impulsive tanpa dapat dicegah. Pikirannya seperti terblokir dan tidak bisa bekerja dengan baik. Nah yang begini ini sebaiknya mencari tahu ada apakah gerangan? 

Contohnya, seorang ibu yang mengalami luka innerchild dalam pengasuhannya ketika anak-anak dulu, dia akan mengulang pola yang dilakukan oleh orangtuanya meskipun tahu dia tidak memginginkan hal itu. Ketika dia kecil diasuh dengan kekerasan, saat menjadi ibu dia melakukan hal yang sama pada anaknya. Padahal dia tidak ingin melakukan itu. Ketika anak-anak tertidur, timbul rasa menyesal karena telah berbuat keras pada anaknya dan berjanji besok tudak akan terulang lagi. Namun, keesokan harinya hal yang sama terjadi lagi. 

Bila luka innerchildnya diabaikan, tidak diobati, kemungkinan akan terus mengganggunya. Karena innerchild yang terluka itu sebenarnya menginginkan perhatian. Dia ingin perasaannya divalidasi, diberikan perhatian dan rasa aman. Kabar gembiranya, kita sendiri bisa mencukupi semua kebutuhan innerchild tersebut dengan re-parenting. Yaitu diri yang sudah dewasa ini, mengasuh kembali diri anak-anak yang ada di dalam dirinya. 

Wah, kok bisa ya? 

Buku Luka Performa Bahagia, Membantu Mengenali Innerchild dan Cara Mengatasinya. 

Kalian bisa mencari tahu tentang innerchild yang terluka di buku Luka Performa Bahagia. Buku ini berisi segala rupa tentang innerchild. 
Mbak Intan, penulis buku ini menceritakan dengan jelas tahapan-tahapan yang bisa kalian lakukan untuk mengenali innerchild dan belajar untuk menerima serta mengatasinya. Dalam buku ini ada gambar-gambar mandala yang bisa diwarnai. 


Harga buku ini hanya Rp. 149.000
Ini harga yang tidak mahal kalau  dilihat manfaat yang bisa didapatkannya. Emak beruntung ketika membeli buku ini masih banyak bonusnya. Yaitu kelas online gratis tentang innerchild bersama dr. I Gusti Rai Wiguna dan juga kelas bersama mas Adi Prayuda dan Mbak Intan Maria Lie. 

Tapi tanpa bonus yang lain pun buku ini worth it untuk dimiliki dan dibaca ya. Jangan hanya jadi pajangan dan punya-punyaan saja. 

Kalau ada yang berminat dengan buku ini, bisa  kontak Emak melalui link di bawah ini

Wa.me/6282221851127

https://linkr.bio/sitiadiningrum

Yogyakarta 11 Oktober 2021




Minggu, 26 September 2021

Emang Bisa Ya Menyembuhkan Sendiri Innerchild yang Terluka? Cari Tahu Jawabannya di Sini! Innerchild Bahagia, Dewasa Bermakna.


Alhamdulillah, parade Happy Innerchild telah sampai pada puncaknya. Kali ini narasumbernya adalah Kak Seto Mulyadi dan Kak Anggun Meylani Pohan. 

Free Child

Emak menjadi salah satu orang yang dikatakan oleh Bu Anggun, yaitu merasa heran mengetahui bahwa ada orang-orang yang memilih untuk tidak mempunyai anak kandung. Oh, ternyata ada yang begitu? (Mainnya kurang jauh nih, baru ngeh masalah begini🤦‍♀️). 

Emak pikir kalau memilih menikah maka salah satu konsekuensinya ya punya anak. banyak orang yang mengeluarkan biaya begitu besar untuk memperoleh keturunan. Apalagi dalam agama Islam, salah satu pahala jariyah bisa didapat dari anak-anak yang shalih-shalihah. 

Mungkin Emak berpikir begitu karena berasal dari keluarga besar.  Emak anak nomor sepuluh dari satu bapak dan satu ibu. Eyang Kakung dan Eyang Putri, begitu mereka biasa disapa. 

Eyang Kakung sudah meninggal lebih dari dua puluh lima tahun yang lalu. Eyang Putri alhamdulillah masih hidup dan bulan September 2021 ini berusia 92 tahun.

Sejak jatuh saat mati lampu di bulan November 2020 yang lalu, Eyang Putri tidak bisa beranjak dari tempat tidur. Semua aktivitas beliau di tempat tidur saja. Anak-anak Eyang Putri bergantian merawat beliau. Yang tinggal serumah, sekota, bahkan di luar kota, membuat jadwal kapan harus merawat Eyang Putri. 

Alhamdulillah Emak berada di tengah keluarga yang rukun dan kompak, sehingga dalam merawat Eyang Putri tidak ada rasa berat. Mereka  semua ikhlas bergantian merawat beliau. Tidak ada yang mengeluh, tidak ada yang merasa melakukan lebih banyak dari yang lain atau merasa iri saat yang lain tidak merawat Eyang Putri. Suami-suami dari anak-anak perempuan Eyang Putri juga kompak, ikhlas ketika istri-istri harus merawat beliau. Pun anak-anak mereka yang lama ditinggal ibunya untuk merawat Eyang Putri. 

Mungkin karena melihat hal ini, Emak jadi merasa heran ketika ada keluarga yang tidak menginginkan kehadiran anak. Betapa sepinya nanti di masa tua tanpa ada anak-anak.

Namun, Emak menyadari, ada orangtua yang memiliki anak yang tetap merasa kesepian karena tidak memiliki kedekatan dengan anak. Ada orang tua yang menganggap memiliki anak adalah hal yang merepotkan, memberatkan biaya hidup, kemudian setelah dewasa pergi meninggalkan orangtuanya. 

Emak jadi berpikir, apa yang kita tanam, itulah yang kita tuai. Maka bagaimana orang tua mengasuh anaknya itulah yang akan mereka dapatkan di saat tua nanti. Orang tua yang mengasuh dengan kasih sayang dan memiliki bonding yang kuat dengan anak, serta mengajarkan pengetahuan tentang agama, in syaa Allah akan selalu dekat di hati anak-anaknya. Membuat anak rela, ikhlas bila harus merawat orangtua di hari tua dan selalu mendoakan orangtuanya. 

Sedangkan orangtua yang mengasuh dengan kekerasan dan hanya mementingkan dunia, mementingkan kesuksesan anaknya dalam hal pendidikan, pangkat dan harta, tetapi melupakan masalah bonding dan norma-norma dalam agama, maka ketika anak sukses, seringkali anak meninggalkan orangtuanya. 

Emak menyadari juga setiap orang berhak memilih dan menjalani kehidupannya. Emak tidak tahu apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh orang lain, tetapi dia menghormati pilihan mereka. 

Terlebih tidak semua orangtua tanpa anak, adalah kehendak mereka sendiri. Bisa jadi memang Alloh tidak memberikan anak kepada mereka. Maka Emak berusaha untuk memandang tanpa penghakiman dan tidak mengatakan hal-hal yang menyinggung perasaan mereka, meskipun sebenarnya merasa ingin tahu. 

Hidup ini adalah pilihan. Apapun pilihan kita, putuskanlah dalam keadaan sadar.


Kembalinya Si Komo

Sesi berikutnya adalah si Komo! Eh, maksud Emak, Kak Seto. 

Kak Seto membawa gelombang kebahagiaan dengan menghadirkan si Komo dalam pertemuan kali ini. Emak melihat wajah-wajah peserta yang tersenyum saat lagu si Komo Lewat Tol diputarkan. 

Dulu waktu Emak kecil sering mendengarkan sanggar cerita yang dibawakan oleh Kak Seto dan kak Heni Purwonegoro. Maka bisa bertemu dan berbicara dengan kak Seto adalah sesuatu yang luar biasa. Mungkin seperti kalau pecinta drakor ketemu oppa-oppa Korea, hehe. 

Dari Kak Seto Emak belajar bahwa kita sendiri bisa mengobati luka innerchild  dengan jalan berdialaog dengan diri sendiri. Selain itu merilis perasaan yang tidak menyenangkan bisa dilakukan dengan cara yang menyenangkan seperti bernyanyi. Salah satu contohnya adalah lagu si Komo Lewat Jalan Tol. Itu adalah cara kak Seto merilis emosinya tentang kemacetan yang terjadi di Jakarta. 

Anak adalah anugerah dari Allah Swt. Jadikan anak sahabat kita, maka kita akan mendapatkan kekuatan darinya. Kita juga bisa belajar banyak hal dari anak-anak. Emak jadi teringat buku Kak Seto yang pernah  dibacanya. Kalau tidak salah judulnya adalah Anakku,  Sahabat dan Guruku. 

Buku ini adalah hadiah resepsi pernikahan Emak di tahun 1997. Diberikan oleh pemilik Taman Bacaan Matras, Yogyakarta, yang sering Emak sewa bukunya. Beliau bernama Arif Kianjaya. Dari buku ini Emak mendapat wawasan tentang bagaimana Kak Seto membersamai putranya yang bernama Bimo. Di buku ini dikisahkan betapa sabarnya Kak Seto dalam mendampingi Bimo, sehingga apapun kejadian yang mereka alami, yang mungkin bagi sebagian orang tua sangat menjengkelkan, di buku itu menjadi terlihat menyenangkan seperti sebuah permainan. 

Selain diajak bernyanyi, peserta juga bisa bertanya kepada si Komo. Ketika sebagian peserta curhat kepada si Komo, si Komo menanggapinya dengan baik. Dan yang curhat ini bilang kalau apa yang disampaikan si Komo lebih mengena dan lebih disukai dinaseti mamanya. 

Seajaib itulah si Komo. Membawa kenangan yang bahagia.

Namun, di balik kebahagiaan yang dibawa oleh Si Komo, Emak jadi tahu bagaimana masa kecil Kak Seto yang tidak luput dari luka dan perjuangannya hingga pencapaian sekarang. Waktu kecil Kak Seto merasa selalu kalah dari saudara kembarnya. Kata Kak Seto, beliau pernah berbuat nakal, lalu bersembunyi di atas genting dan dicari-cari oleh neneknya. 

Kak Seto juga bercerita bahwa dirinya kabur dari rumah dan selama tujuh tahun hidup menggelandang, kerja serabutan. Hingga akhirnya menjadi seorang Office Boy dan bisa mendapatkan tempat tinggal yang layak. 

Kak Seto mempunyai tokoh wayang idola, yaitu Gatot Kaca. Namun kemudian, beliau menemukan sosok wayang lain yang tidak kalah hebatnya yang bernama Seto. Hal ini menimbulkan dialog dengan dirinya sendiri dan menimbulkan rasa percaya dirinya. Hingga akhirnya Kak Seto menemukan dunia anak yang cocok dengan dirinya dan ditekuninya hingga saat ini. 

Emak menyadari banyak sekali orang-orang dengan innerchild yang terluka. Beruntunglah orang yang menyadari bahwa dia memiliki luka dan ingin menyembuhkannya. Ini adalah langkah awal untuk bisa pulih. 

Seperti halnya Emak. Kesadaran akan adanya luka, keinginan untuk pulih, berlatih dan mengajak orang lain untuk pulih inilah yang atas izin Allah membawanya sampai di sini sekarang. Bertemu dengan orang-orang hebat seperti Mbak Intan Maria Lie, Mas Adi Prayuda, Kak Seto Mulyadi, Kak Anggun Meylani Pohan, Bu Naftali Kusumawardhani, Pak Anthony Dio Martin, Pak Prasetya M Brata, Bu Fena Wijaya, Pak Asep Haerul Gani, Pak Adi W Gunawan, Dokter I Gusti Rai Wiguna dan Mas Adjie Santosoputra di dalam rangkaian Webinar Innerchild Healing Parade for Indonesia. 

Emak berterima kasih kepada Mbak Intan Maria Lie, founder Ruangpulih.com dan Mas Adi Prayuda yang telah menulis buku Luka Performa Bahagia. Juga kepada Mbak Wiwin Pratiwanggini yang telah menyunting bukunya. Tak lupa Emak berterima kasih kepada Mbak Widyanti Yuliandari, buketu IIDN atas segala dukungannya. 

Semoga walaupun parade webinar telah selesai, gaungnya bisa terus bergema dan menebarkan kebaikan untuk semua. Semoga semakin banyak orang yang bisa merasakan manfaat dari buku Luka Performa Bahagia. 

Keajaiban Maindfulness Innerchild Healing Meditation. Sudahkah Anda Merasakannya?

Alhamdulillah malam ini Emak bisa mengikuti acara Innerchild Healing Talk & Meditation bersama @ruangpulih , mbak @intanmaria88 dan mas @adi.prayuda . 

Emak terlambat masuk karena sholat isya dulu. Alhamdulillah dia beruntung  masih bisa ikut meditasinya. 

Sesi meditasi ini luar biasa. Peserta dibimbing untuk menyadari nafas. Hanya duduk dan mengamati nafas. Biarkan nafas mengalir dengan sendirinya, seperti apa adanya. Rasakan kesegaran ketika menarik nafas dan kehangatan ketika mengeluarkan nafas. 

Sadari nafas yang tidak pernah berhenti menemani sejak lahir sampai akhir hidup kita. Berterima kasihlah kepada nafas dan tubuh kita. Amati perasaan yang muncul dari hasil pengamatan tentang tubuh kita. Biarkan apapun rasa yang ada. Terimalah rasa itu. 

Betapa kita sering melupakan apa yang sudah menemani kita sejak lahir. Apa-apa yang tampak atau yang tersembunyi. Seluruh tubuh kita, organ-organ yang ada di dalam tubuh. Mereka selalu bersama kita, tidak henti-henti berkerja agar kita bisa terus menjalani hidup. Sudahkah mensyukuri kehadiran mereka? Sudahkah berterima kasih pada mereka? 

Air mata Emak jatuh ketika menyadari tentang kakinya. Kakinya, sepasang kaki yang luar biasa. Yang terus bekerja walaupun terasa sakit atau lelah. Mereka menopang tubuh berat Emak dan setia membawa ke mana-mana. Hingga malam tiba, cenat-cenut terasa. Alhamdulillah bisa istirahat, dan esok hari mengulang hal yang sama, mendukung segala aktivitas. Terima kasih kaki, terima kasih organ-organ tubuh. Terima kasih diri.... 

Mas Adi juga membimbing untuk melihat kembali ke dalam diri, melihat innerchild kita. Apakah dia terluka? Apakah dia marah? Sedih? Kecewa? Menangis, merengek? Temanilah dia. Sayangilah dia. Peluk dia. Terima semua rasa yang dimilikinya. Jadilah orang dewasa yang kuat dan sabar untuk mengasuhnya. Jadilah orang yang mencintai dia apa adanya, tanpa syarat. 

Duduk bersama luka. Duduk bersama bahagia. Memeluk semua rasa yang ada. Bersatu dalam cinta. 

Buku Luka Performa Bahagia, membantu mengenali innerchild yang terluka, dan memandu kita untuk bisa pulih, berlatih dan semakin berkembang.

Dalam buku ini ada halaman mewarnai mandala yang Emak suka. Bermain-main dengan warna seperti hiburan untuk innerchildnya. 

Dalam pikirannya, dulu innerchild Emak seperti ratu kecil yang selalu bermuka masam dan penuh air mata. Dia memegang tali-tali yang terhubung dengan seluruh tubuh Emak. Ketika ada sesuatu yang mentrigger, dia menarik tali-tali itu, seperti menarik kekang kuda. Emak menjadi tidak berdaya. perilakunya jadi  menyebalkan. Gampang baper dan ngambek. 

Karena tidak mengerti dengan diri sendiri, Emak merasa tidak nyaman dengan dirinya. Selalu merasa ragu dan takut salah. Merasa orang lain selalu benar. Merasa tidak berguna dan selalu merepotkan orang lain. Merasa insecure dan rendah diri. Orang lain di dekat Emak pun menjadi merasa tidak nyaman. 

Akan tetapi, setelah bisa berdamai dengan diri sendiri, mengenali diri, mengenali innerchild dan mengasuhnya kembali, Emak merasa sangat luar biasa. Kalau dulu, di dalam dirinya seperti banyak bagian diri yang bertentangan dan bertengkar, yang membuat Emak merasa lelah lahir batin. Kini, Emak merasa di dalam dirinya adalah satu kesatuan yang utuh. Anak kecil di dalam dirinya telah melepaskan tali-tali yang dipegangnya. Emak jadi merasa bebas dan leluasa dengan dirinya. 

Dalam sesi meditasi tadi malam, ketika mas Adi membimbing untuk menemui innerchild, Emak melihat dia tertawa dan menari-menari. Emak bertanya apakah dia bahagia? Dia mengangguk-anguk dengan senyum lebarnya. Emak bertanya, apakah dia terluka? Dia menggeleng dan memberitahu kalau luka-lukanya sudah sembuh. Dia anak kecil yang merdeka dan bahagia. Dia bebas menjadi dirinya sendiri. Dia melompat dan memeluk Emak. 

Emak bersyukur atas semua pencapaian ini. Dia berharap semakin banyak orang yang bisa mengenali innerchildnya, mengasuh dan membuatnya pulih dari luka. Diri yang sudah pulih dan bahagia akan mempunyai energi yang besar untuk berbagi dengan orang lain. Orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri akan bisa memberdayakan orang lain, karena energinya tidak habis untuk mengelola emosinya sendiri, tanpa tahu cara mengatasinya. 

Ada banyak jalan untuk pulih, latih dan berkembang. Semua jalan layak untuk dicoba. Untuk Emak, metode yang diberikan oleh Mbak Intan dan mas Adi melalui art therapy dan meditasi ini cocok. Semoga demikian juga dengan Anda. 

Kamis, 23 September 2021

Ternyata Cerdas Itu Bukan Hanya Masalah Akademik. Kecerdasan Emosi Juga Perlu Dimiliki Untuk Mencipta Kebahagiaan.


Emak bersyukur bisa kembali mengikuti Webinar Inner Child Healing Parade. Dari sini dia bisa belajar dari orang-orang yang ahli di bidangnya. 

Menerima dan Memaafkan

Emak bisa memaafkan, tetapi tak bisa melupakan! 

Ibu Naftalia Kusumawardhani menjelaskan bahwa untuk sebagian orang memaafkan itu butuh proses yang lama. Untuk bisa memaafkan seseorang harus bisa menerima kejadian yang telah berlalu. Bukan menerima perlakuannya, tetapi menerima keadaannya. Apa yang sudah berlalu tidak bisa diperbaiki. 

Emak juga pernah mengalami hal ini. Mungkin bagi sebagian orang apa yang dia alami adalah hal yang biasa, tetapi untuknya itu meninggalkan luka. Setelah bisa menerima keadaan dan memaklumi bahwa yang terjadi bukan karena mereka ingin menyakiti dirinya, tetapi karena mereka mengira itu adalah hal terbaik yang bisa mereka lakukan saat itu, Emak merasa lebih baik. 

Emak bisa menerima bahwa itu terjadi bukan karena kesengajaan untuk memyakiti. 

Cinta dan Penerimaan

Untuk luka innerchild yang disebabkan oleh orangtua, bisa terjadi sejak di dalam kandungan. Karena itu perlu ditelusuri oleh orang yang ahli di bidangnya untuk mengetahui kapan dan bagaimana terjadinya. 

Orang tua, karena ketidaktahuannya sering mengekspresikan cinta dengan cara yang menyakitkan untuk anak-anaknya. Orang tua mungkin tidak menyadarinya, dan tidak mudah bagi anak untuk membuat mereka mengerti dan mengubah kebiasaannya. 

Apa yang bisa dilakukan anak untuk bisa mengatasinya? Lihatlah esensi dari perlakuan orang tua. Pisahkan orang tua dengan perlakuannya. Misal: orang tua yang ngomel, kita lihat sebenarnya tujuannya apa? Setelah dipisahkan antara orang tua dengan perilakunya, kita bisa melihat bahwa sebenarnya apa yang dilakukan oleh orang tua adalah cinta. 

Kalau kita bisa melihat ini, kita jadi bisa memaklumi apa yang mereka lakukan. Kita bisa menerima perlakuan mereka dan memaafkan orang tua. Tak ada orang tua yang sempurna. Seperti halnya diri kita juga tidak sempurna. Yang ada adalah orangtua yang memginginkan kebahagiaan anak-anaknya. 

Tubuh Merekam Peristiwa

Bila kita mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan, semua itu terekam oleh seluruh tubuh kita. Contohnya pernah ketumpahan bakso sampai tangan melepuh, dua tahun kemudian bila mengalami situasi yang sama, tubuh bisa merespon sama seperti waktu itu. 
Demikian juga dengan hal yang menyenangkan. Tubuh merekam semuanya. Itulah sebabnya meskipun kita tidak mengingat lagi peristiwanya, bukan berarti kita melupakannya. Hal itu hanya terkubur dan akan terus ada sampai kita bisa move on. 

Salah satu kemampuan untuk move on adalah memiliki rasa humor. 

Pada zaman dulu umumnya mendidik anak ada 2 cara. Marah dan maksa. Paradigma orang jaman dulu, kalau anak membantah maka orang tua hilang wibawa. Namun zaman semakin modern.  Kita bisa mengkomunikasikan apa yang dirasakan. Misal bilang, "Ma  aku waktu kecil mama sering marahin. Sekarang aku ingin mama melakukan ini...."
Bisa juga dengan menuliskan surat buat orangtua apa yang kita mau. Jangan pakai WA tapi surat. Karena WA bisa terhapus sewaktu-waktu, atau tertumpuk chat lain dan terlupakan. 

Kita harus mendidik orangtua, mengatakan bahwa kita tahu mereka menyayangi kita, tapi kita tidak suka cara mereka memperlakukan kita. Caranya bisa dengan mengatakan langsung, atau menuliskannya. Bisa juga, memfotocopy dari suatu buku tentang bagaimana sikap orangtua yang diinginkan, lalu berikan pada orangtua atau tempelkan di tempat yang mudah dibaca oleh orangtua. 

Tidak perlu berusaha memaafkan, yang diperlukan hanya menerima. Setelah bisa menerima lama-lama akan memaafkan. 
Langkah untuk memaafkan: menceritakan dulu, lalu menerima dan akhirnya memaafkan. 
Trauma yang terjadi adalah:
Emosinya tersimpannya di amigdala. 
Pemikiran kognitifnya di hipocampus. Dia tidak akan lenyap. Ketika diceritakan kembali, ditambahkan persepsi. Persepsi ini menimbulkan emosi. 

Perasaan Menjadi Korban

Ada orang yang sengaja menjadikan dirinya korban. Dengan menjadi korban mendapatkan perhatian dari banyak orang dan kebutuhan mereka tercukupi. 

Ada istri yang setiap sakit suaminya cuti. Jadi dia membuat dirinya sakit supaya dia ditemani suaminya. Ada seorang anak yang paralisis dia sengaja menjatuhkan diri karena dengan begitu ayahnya khawatir dan menunggui dia selama sakit. 

Padahal ada cara lain untuk menarik perhatian orangtua atau orang lain. Rugi orang yang nenarik perhatian atau simpati orang lain dengan menjadi korban. Rugi kesehatan, waktu, tenaga dan juga saat-saat yang menyenangkan. Bukankah lebih menyenangkan menghabiskan waktu bersama dalam keadaan sehat, bisa jalan-jalan, bisa menikmati makanan enak, daripada menikmati waktu bersama dalam kesengsaraan. 

Apapun kejadian buruk yg menimpa kita, kita punya kempuan untuk memilih respon kita. Dan kita selalu punya solusi untuk mengatasinya. 

Harapan dan Kekuatan

Dari Bapak Anthony Dio Martin, Emak mendapatkan insight tentang harapan. 

Beliau bercerita tentang tikus yang tenggelam. Beberapa ekor tikus dimasukkan dalam air. Mereka berenang-renang berusaha menyelamatkan diri. Menariknya, ada tikus yang kemudian diambil sebentar, dan dimasukkan kembali ke dalam air. Tikus yang pernah diambil ini bisa bertahan lebih lama  karena dia memiliki harapan akan ada yang mengambilnya lagi, dibandingkan tikus yang tidak pernah diambil dari dalam air. 

Pak Anthony menceritakan masa kecilnya yang luar biasa. Namun, bagaimanapun susahnya ketika dia kecil dulu, ibunya selalu memberi harapan dan kekuatan. Karena harapan tersebut Pak Anthony bisa bertahan dan menjadi sukses seperti sekarang ini. 

Anak Kecil Dalam Diri Kita

Berapapun usia kita, ada anak kecil di dalam diri kita. Bila ada yang mensabotase masa dewasa kita, perlu dipertanyakan, bagaimana anak kecil kita? 
Seringkali masa lalu membelenggu kita sehingga tidak bisa ke mana-mana
Peterpan syndrone adalah sindroma anak-anak cowok yang tidak bisa dewasa. 
Kalau perempuan namanya Cinderella syndrom. 

Siapapun punya innerchild, ada innerchild yang bahagia, ada yang terluka. Untuk innerchild yang terluka, ada yang bisa mengatasi, ada yg tidak. Yang lukanya belum teratasi biasanya akan menyakiti orang lain. Karena orang yg sakit cenderung menyakitii orang lain. 
Menurut Tom Robin apapun masa kecil kita, tidak ada kata terlambat untuk mempunyai masa kecil yang bahagia. 

Mengenali dan Mengelola Emosi

Emosi itu netral. Yang ada emosi menyenangkan dan tidak menyenangkan. Tidak ada emosi negatif atau positif. 
Dlm kecerdasan emosi, kita dilatih untuk bisa mengekspresikannya. Ketika marah jangan fokus pada marah, tapi cari solusinya. Jadi marahnya keluar bukan langsung dari amigdala saja tapi audah melewati kortex. 

Tahap pertama kecerdasan emosi adalah awareness. Sadari emosi kita. Kenali apa yang kita rasakan. Dengan begitu kita punya jeda untuk melakukan tindakan selanjutnya. 

Kejadian yang sudah terjadi tidak bisa diapa-apain lagi. Maka kita harus fokus ke masa depan. Jadikan masa lalu sebagai pembelajaran, dan mensyukuri setiap kejadian. Karena apa yang terjadi di masa lalu adalah yang menempa kita hingga menjadi diri kita di masa kini. 

Emak jadi mengerti, bahwa luka yang dialaminya dulu yang membawanya mempelajari tentang innerchild dan bertemu dengan orang-orang yang luar biasa. Emak jadi bisa bersyukur dengan semua hal yang telah terjadi. 

Buku Luka Performa Bahagia
Untuk Sahabat Emak, cobalah tengok ke dalam diri. Kenali innerchild yang ada di sana. Kenali emosi yang dirasakan. Rangkul semua rasa yang ada. Buku Luka Performa Bahagia bisa membantu mengenali innerchild dan berdamai dengannya. 

Buku ini ditulis oleh Mbak Intan Maria Lie dan Mas Adi Prayuda, berdasarkan pengalaman pribadi. Bacalah, dan mari kita bahagia. 

Minggu, 05 September 2021

Masa Iya Sih, Innerchild Bisa Menghambat, Tapi Juga Menghebatkan Masa Dewasa?



Alhamdulillah Emak kembali bisa mengikuti innerchild healing parade Webinar dari Ruangpulih.com pada tanggal 29 Agustus 2021. Kali ini pembicaranya adalah  Dr. Dr. Adi W. Gunawan, ST., Mpd., CCH dan  Drs. Asep Haerul Gani. 

Memberdayakan Innerchild untuk Sukses Masa Depan

Emak mengenal Pak Adi W Gunawan ketika dulu ikut salah satu kelasnya buketu IIDN, Widyanti Yuliandari. Waktu itu Mbak Wid memberikan link audio meditasi bimbingan Pak Adi. Emak sering mengulang-ulang mendengarkannya. Tapi jarang yang sampai selesai, soalnya biasanya Emak sudah ketiduran duluan! 

Pak Adi menyampaikan materinya dengan cara yang menarik. Emak jadi menyadari bahwa di dalam diri kita banyak sekali bagian-bagian diri yang lain. Setidaknya ada tiga bagian yang bisa dikenali.

Coba diamati, sering sekali terjadi pertentangan di dalam diri kita tentang sesuatu. Contohnya saat bangun tidur di pagi hari. Diri  yang satu mengajak segera bangun, diri yang lain merasa ingin lebih lama tidur. Sedangkan diri yang lain lagi adalah bagian yang mengamati pertentangan tersebut dan akhirnya memutuskan, mana yang akan dilakukan.

Salah satu yang lain dari bagian diri kita adalah innerchild. Innerchild yang terluka akan terus mengganggu kita bila tidak disembuhkan. Innerchild butuh diakui keberadaannya dan dia membutuhkan rasa aman. Bila ini tidak terpenuhi dia akan terus mencari perhatian. Uniknya innerchild bisa tinggal di salah satu bagian tubuh dan menyebabkan rasa sakit di sana. 

Pak Adi pernah menangani orang yang innerchildnya tinggal di dalam perutnya. Jadi ketika dia mengalami sesuatu yang mentrigger innerchildnya, bagian perutnya yang terasa sakit. Setelah innerchildnya bisa diatasi, rasa sakit di perutnya tidak muncul lagi. 

Ini pernah Emak alami dulu ketika dia merasa takut untuk pergi ke sekolah, dia selalu merasakan sakit perut. Emak juga sulit buang air besar. Ketika diperiksakan ke dokter, dokter hanya mengatakan kalau Emak kurang olahraga. Tentu saja Emak merasa jengkel, karena dia merasa sakit beneran, tetapi tidak ada yang mengerti dengan keadaannya. Alhamdulillah rasa sakit itu sekarang hampir tidak pernah muncul lagi. 

Tanda bahwa telah sembuh dari luka adalah tidak merasakan emosi yang tidak menyenangkan saat mengingat luka itu. Memaafkan bukan berarti melupakan. Memaafkan adalah menerima dengan ikhlas. Kita bisa sembuh dari luka, menjadi pulih dan berdaya. 

Innerchild Berusaha Melindungi Kita

Alam bawah sadar kita merekam kejadian traumatis yang pernah dialami dan berusaha melindungi kita agar tidak terjadi lagi. Contohnya anak yang melihat orangtuanya bertengkar, dalam pikiran bawah sadarnya menjaga agar anak tersebut tidak mengalami hal yang sama. Bagaimana biar tidak terjadi pertengkaran di antara suami istri, pikiran bawah sadar mengatakan, jangan menikah. Karena itu ada orang yang tidak bisa menikah, bahkan ketika sudah akan ijab kabul, membatalkan pernikahan itu.

Trauma innerchild bisa terjadi sejak masa di dalam kandungan. Ada wanita yang tidak hamil-hamil sekian lama padahal kondisi normal. Setelah diselidiki ternyata ketika dia berusia tiga bulan di dlm kandungan, ibunya pernah berusaha menggugurkannnya. Padahal tidak ada yang menceritakan hal ini. Tetapi janin merekamnya, dan tubuh dewasanya menolak untuk hamil agar dia tidak mengulang kisah ibunya yang ingin menggugurkan kandungan. Setelah diterapi dan sembuh dari traumanya, empat bulan kemudian dia bisa hamil.

Sadari Luka Innerchild

Luka innerchild bisa berlapis-lapis. Seringkali tidak disadari oleh penderitanya. Kita bisa melihat seseorang mempunyai luka innerchild atau tidak, dari tingkah lakunya. Misalkan seorang ayah yang tidak mau mengalah kepada anaknya, kemungkinan masa kecilnya mengalami luka innerchild yang membuatnya enggan mengalah. Seorang tentara yang gagah perkasa dan tidak takut menghadapi senjata, menangis seperti anak kecil ketika disuntik vaksin. Saat menangis ini diri innerchildnya yang menangis, bukan diri dewasanya.

Sangat penting menyembuhkan luka innerchild dan memberinya rasa aman, agar tidak menyabotase perilaku kita ketika dewasa.


Psikodinamika Innerchild Dalam Pernikahan

Dari materi yang disampaikan oleh Pak Asep Haerul Gani, Emak mengerti bahwa masa kecil bisa mempengaruhi tindakan kita di masa dewasa. Innerchild yang terluka dan belum diobati akan mempengaruhi kehidupan di dalam pernikahan. Pertengkaran atau konflik yang terjadi di antara suami istri bisa jadi disebabkan oleh innerchild yang terluka ini. 

Emak pun pernah merasakan hal yang seperti itu. Dulu Emak merasa mudah sekali baper. Hal yang kecil bisa jadi besar karena sebenarnya ketika mengalami suatu kejadian, dia membawa luka innerchild di dalamnya yang membuat sesuatu yang sebenarnya sepele menjadi terlihat besar karena dia melihatnya sebagai seorang anak kecil yang ketakutan. Bahkan sesuatu yang sebenarnya bukan masalah menjadi masalah besar. Tentu saja ini mengganggu relasi dengan Bapak dan anak-anak mereka. 

Ketika luka innerchild telah sembuh, Emak menjadi lebih obyektif dan tidak mudah baper lagi. 


Topeng Dalam Kehidupan

Manusia selalu memakai topeng di depan orang lain. Ketika topeng yang dipakainya tepat waktu dan tempat, maka dia akan bisa diterima oleh orang lain. Tetapi bila memakai topengnya di waktu dan tempat yang salah, akan terjadi konflik. 

Apakah yang dimaksud topeng itu? 

Memakai topeng adalah bagaimana cara kita berperilaku. Saat bersama orang tua, kita memakai topeng anak. Saat bersama istri, kita memakai topeng suami. Saat bersama suami, kita memakai topeng istri. Saat bersama anak kita memakai topeng orang tua. Di kantor kita memakai topeng atasan atau bawahan. Kapan kita tidak memakai topeng dan menjadi diri sendiri? Saat sendirian. 

Yang menjadi masalah adalah ketika kita memakai topeng yang salah di waktu yang salah. Misal saat menghadapi mertua, kita memakai topeng sebagai atasan, tentu terjadi konflik karena sikap kita bisa jadi dianggap kurang ajar. 

Trauma Mungkin Terlupakan, Tetapi Tidak Akan Hilang

Banyak trauma yang terlupakan, namun tidak hilang. Trauma ini muncul bila ada pemicu yang mentriggernya. Contoh ada seorang istri yang selalu merasa terpojok ketika berbicara dengan suaminya. Setelah diselidiki ternyata gerakan tangan suaminya mentrigger masa kecilnya. Saat itu dia pernah masuk ke ruangan kerja ayahnya untuk menunjukkan gambar, tetapi ayahnya marah dan menodongkan pistol ke arahnya. Gerakan tangan suaminya mentrigger ingatan bawah sadarnya tentang tangan ayahnya yang menodongkan pistol padanya. Setelah dia mengenali traumanya dan bisa menyembuhkannya, gerakan tangan suaminya tidak lagi menjadi masalah.

Contoh lainnya ada seorang istri yang selalu histeris ketika didekati suaminya. Ternyata itu disebabkan oleh bau parfume favorit suaminya yang mentrigger pada masa lalunya. 

Pertengkaran Dalam Diri

Di dalam diri kita banyak bagian diri yang lainnya. Dalam kehidupan berumahtangga, seringkali bila suami istri bertengkar, yang bertengkar bukan hanya dua orang itu, tetapi banyak bagian diri yang ikut bertengkar. Bahkan sebelum suami istri bertengkar, di dalam diri mereka sendiri sudah terjadi pertengkaran bagian-bagian dari diri sendiri.

Penyebab Trauma

Banyak kejadian yang bagi orangtua adalah hal yang biasa, tetapi bagi anak-anak menimbulkan luka dan trauma. Contohnya ketika pak Asep didatangi klien yang seorang boss, tetapi setiap akan menjawab pertanyaan selalu meminta persetujuan istrinya dulu. Setelah diselidiki ternyata hal itu disebabkan ketika kecil dulu dia tidak pernah ditanya oleh ibunya, apa keinginannya. Sedangkan kakak dan adiknya ditanya.

Jangan pernah berkata, cuma kayak gitu doang... Karena yang menurutmu cuma kayak gitu, bagi orang lain bisa merupakan trauma yang berakibat panjang.

Kenali Diri, Kenali Pasangan

Dalam pernikahan penting untuk mengenali egostate kita, kemudian mengetahui egostate pasangan. Dengan demikian kita bisa memaklumi apa yang kita dan pasangan rasakan. Penting juga untuk selalu mengingat apa tujuan kita menikah, sehingga kita tidak mudah goyah dalam menghadapi masalah-masalah yang timbul dalam pernikahan. Cintai innerchild kita dan pasangan kita, sehingga bisa sama-sama berproses menjadi lebih baik. 

Selalu ada insight ketika Emak mengikuti webinar dari ruang pulih. Karena itu Emak merasa bersemangat dan tidak ingin ketinggalan di setiap acaranya. 

Ohya apa yang disampaikan oleh Pak Adi dan Pak Asep, juga dipaparkan di buku Luka Performa Bahagia yang ditulis oleh Mbak Intan Maria Lie dan Mas Adi Prayuda. Buku yang sangat menarik dan bermanfaat ini bisa kalian dapatkan dengan harga Rp. 149.000 saja. Selain berisi kisah Mbak Intan kecil, buku ini juga dilengkapi dengan mandala yang bisa diwarnai lho. Kontak Emak bila menginginkan bukunya ya. 



Yogyakarta 5 September 2021

Selasa, 31 Agustus 2021

Siapakah Kita? Tahukah Anda Bahwa Kita Adalah Energi, dan Kita Adalah Pemimpin?

Apa yang Kita Pikirkan Itulah yang Kita Dapatkan

Mengikuti parade Webinar Innerchild Healing for Indonesia dan menjadi salah satu Innerchild Healing Ambassador for Indonesia adalah sebuah keajaiban buat Emak. Bagaimana tidak, hanya karena izin dan kehendak Allah sajalah Emak bisa bertemu dengan ibu ketua IIDN Widyanti Yuliandari dan founder Ruangpulih.com Intan Maria Lie yang kemudian menariknya menjadi bagian dari event ini. Emak tahu, Alloh telah memilihnya. Maka dia harus memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya. Emak bisa merasakan gelombang energi positif yang dia pancarkan yang membuat semakin banyak gelombang positif menghampirinya. 

Seperti yang dikatakan coach Fena Wijaya, alam semesta tidak pernah bohong. Alam semesta memberikan apa yang kita minta dengan cara merespon gelombang energi yang kita pancarkan. Maka bila kita meminta A kok yang datang B, coba dicek kembali apakah yang kita minta selaras dengan energi yang kita pancarkan? 

Ini berkaitan dengan pikiran bawah sadar kita. Semisal ada anak yang melihat pertengkaran orangtuanya, melihat sang ayah melakukan kekerasan pada ibunya, lalu pikiran  bawah sadarnya merekam hal tersebut dan menjadi  standar dirinya bahwa seperti itulah seharusnya seorang laki-laki. Maka ketika dewasa, walaupun dia berdoa meminta laki-laki yang baik yang menghampirinya, karena standar pikiran bawah sadarnya laki-laki seharusnya tidak sebaik itu, maka dia menolak kehadirannya. Yang terjadi, laki-laki seperti yang ada pada standar pikiran bawah sadarnyalah yang selalu datang. Karena itulah yang terpancarkan ke alam semesta dan menarik peristiwa atau orang-orang untuk mendatanginya. 

Penting bagi kita untuk melihat kembali ke dalam diri, untuk memastikan apakah energi yang kita pancarkan sudah sesuai dengan yang kita inginkan? Benahi dulu standar mindset kita. Lihat dulu apakah innerchild kita memiliki luka yang harus disembuhkan? 

Selain itu coach Fena Wijaya juga menerangkan bahwa fibrasi energi dari orang-orang di sekitar bisa mempengaruhi kita. Contohnya, saat tiba-tiba kita merasa sedih, bisa jadi kesedihan itu adalah milik orang di dekat kita. Demikian juga dengan rasa takut. Ketakutan yang berlebihan bisa jadi disebabkan oleh vibrasi dari orang-orang di sekitar kita. Misal ketakutan akan covid-19 yang membuat seseorang tidak berani beraktivitas, atau terlalu sering mencuci tangan. 
Menjadi penting untuk kita melihat apakah rasa takut dan sedih itu benar-benar milik kita?seperti misalnya, kita mencium bau tidak enak. Kita pikir bau itu dari badan kita. Maka kita pun mandi. Tapi kok baunya tidak hilang? Berarti bau itu bukan berasal dari badan kita. Kalau kita tidak bisa mencari di mana sumber baunya dan tidak bisa melakukan apa-apa, ya sudah, tidak usah dipikirkan. Kita bisa memikirkan hal-hal yang positif saja. 


Kita Adalah Pemimpin

Sedangkan uraian dari Bapak Prasetya M Brata membuat Emak lebih menyadari bahwa dirinya adalah seorang pemimpin. Paling tidak, pemimpin bagi dirinya sendiri. Dia harus bisa memimpin pikiran dan perasaannya.

 Kalau orang tidak menyadari bahwa dirinya adalah pemimpin untuk pikiran dan perasaannya, yang terjadi dia dipimpin oleh pikiran dan perasaannya. Orang seperti ini menjadi kehilangan akal sehatnya. Setinggi apapun pendidikannya, sebanyak apapun titelnya, dia bisa menjadi bodoh maksimal. Ini bisa dilihat dari orang-orang yang terlalu fanatik mendukung seseorang atau suatu partai dalam pemilu. Dia tidak bisa melihat keburukan dari yang didukungnya karena dia tidak bisa memimpin pikiran dan perasaaannya. 

Seperti halnya orang yang jatuh cinta. Dia dibutakan oleh perasaannya sehingga pikirannya tidak bekerja dengan baik. Seringkali jatuh cinta berakhir dengan penderitaan dan kemarahan. Namun, ketika bertahun kemudian dia melihat kembali peristiwa itu, dia sudah memiliki persepsi yang berbeda. Bila masih ada emosi yang tertinggal, dirinya yang sudah lebih dewasa bisa kembali menemui dirinya yang patah hati, dan mengajaknya memaknai peristiwa tersebut dengan sudut pandang diri yang sekarang. Hal ini juga bisa berlaku untuk luka innerchild. Kita bisa kembali menemui innerchild kita dan mengajaknya memandang masalah di waktu lalu dalam sudut pandang kita yang dewasa. 

Pak Prasetya M Brata mengajarkan untuk mindfulness pada keadaan saat ini, sehingga masa lalu tidak merecoki kenikmatan yang sedang kita alami saat ini. Contohnya saat makan. Karena kita teringat pernah memakan makanan yang lebih enak daripada yang kita makan sekarang, rasa makanan menjadi kurang enak karena kita bandingkan dengan masa lalu. Namun bila kita mindfulness saat makan, kita bisa menikmati makanan yang ada saat ini dengan penuh rasa syukur dan hati yang gembira. 

Begitu pula dengan luka innerchild yang kita alami. Luka itu membuat kita memiliki persepsi berbeda tentang kejadian di masa kini. Bila kita terganggu oleh innerchild, dia menyabotase pikiran dewasa kita, menariknya ke masa lalu sehingga tidak bisa mindfulness dengan masa kini. Karena kita adalah pemimpin pikiran dan perasaan, maka kita bisa kembali mengunjungi innerchild kita dan mengajakqnya berpikir dan merasa seperti apa yang kita rasakan saat dewasa, saat mindfulness dengan sesuatu. 

Terima Kasih Tuhan, Terima Kasih Diri ini

Mengikuti webinar tentang masalah kesehatan mental, khususnya innerchild, membuat Emak semakin menyadari pentingnya mengatasi masalah innerchild. Apalagi di komunitas yang Emak ikuti ternyata banyak yang merasa terganggu dengan innerchild tetapi enggan untuk membicarakannya. Menjadi PR untuk dirinya, bagaimana mengajak teman-teman untuk mau membuka diri dan berdamai dengan innerchildnya. 

Emak bersyukur Alloh menunjukkan jalan ini dan membimbing melaluinya. Alhamdulillah. Terima kasih Alloh.. Terima kasih diri ini, yang telah mau membuka diri dan mencari jalan untuk pulih, terus berlatih dan semakin berkembang. 

Tentang innerchild ini bisa dibaca di buku Luka Performa Bahagia, yang ditulis oleh Mbak Intan Maria Lie serta Mas Adi Prayuda. 


Yogyakarta 1 September 2021

Selasa, 24 Agustus 2021

Hei! Lihat Sini! Innerchild Sedang Memanggilmu!

Berapa banyak orang yang menyadari kalau di dalam dirinya ada masalah yang perlu diselesaikan? Lalu, mereka yang menyadari kalau punya masalah yang perlu diselesaikan, apakah mereka paham masalahnya itu apa? 

Masalah siapakah ini? 
Sebelumnya Emak tidak menyadari kalau dirinya bermasalah. Emak merasa orang lainlah yang bermasalah. Kenapa orang lain tidak melakukan seperti yang dia inginkan? Kenapa orang-orang tidak mau mengerti dirinya? 

Suatu ketika Bapak mengatakan sebaiknya Emak pergi ke psikolog. Psikolog? Apa Emak seperti orang yang tidak waras ya? Tapi pergi ke psikolog belum tentu karena sakit jiwa kan? Baiklah, Emak pun pergi. 

Namun pertama ke psikolog tidak banyak yang didapatkannya. Ya, karena psikolog kan bukan cenayang yang dengan sim salabim masalah menghilang. Emak merasa malu dengan dirinya dan tidak tahu apa yang sebenarnya dirasakan. Lagi pula Emak masih menikmati menjadi korban. Playing victim

Enak lho playing victim itu. Gimana enggak, ketika dirimu merasa menjadi korban, lalu terlihat menyedihkan, berbagai dukungan akan datang kepadamu. Itu yang dirasakan Emak. Berbagai pemakluman akan didapatkannya. Misalnya dimaklumi tidak melakukan tugas yang dibebankan, atau mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain. 

Namun, kesadaran bahwa dirinya punya masalah yang harus diselesaikan membuat langkah Emak terarah untuk mencari solusi. Emak banyak membaca buku-buku psikologi dan setelah internet mudah diakses, dia menonton video di youtube. Hingga akhirnya pandemi datang dan mempertemukannya dengan ruangpulih.com.

Bertemu Dengan Innerchild
Emak beruntung bisa mengenal Mbak Intan, founder Ruangpulih.com dan mengikuti program-programnya. Dari sini Emak jadi tahu tentang innerchild

Innerchild adalah diri kecil kita yang ada di dalam diri dewasa. Innerchild adalah pengalaman-pengalaman masa kecil yang menjadi bagian dari diri kita. Semua orang punya innerchild, tetapi tidak semua orang menyadarinya. Banyak yang merasa terpisah dari innerchildnya. 

Innerchild bisa baik bisa buruk. Ada innerchild yang bahagia, ada yang terluka. Dampak innerchild yang buruk bisa membuat seseorang menjadi tidak percaya diri dan berperilaku tidak sesuai dengan yang diharapkan. 

Emak merasa sering tertekan karena tidak mengerti dengan apa yang dirasakannya dan tidak berani mengekspresikan perasaan. Emak lebih banyak menangis dalam diam. Emak takut ketika menyampaikan perasaannya, orang lain tidak mau mengerti. Dia takut mereka marah atau benci dan meninggalkannya.

Mengenal Innerchild
Setelah mengikuti sesi art therapy dari ruangpulih bersama Mbak Intan, Emak mulai bisa melihat diri kecilnya. Anak kecil itu ketakutan karena pernah ditinggalkan diam-diam. Bahasa jawanya dilimpekke.

Kejadian itu tidak hanya sekali. Emak jadi merasa tidak aman dan sulit percaya bahwa ada orang yang benar-benar menyayanginya dan tidak akan meninggalkannya. Emak tidak berani berkata tidak kepada orang lain. Emak tidak berani mengekspresikan perasaannya. Dia akan melakukan apapun untuk orang yang disayangi agar orang itu tidak marah dan meninggalkannya. 

Saat innerchild tertrigger, sebenarnya dia sedang mencari perhatian kita. Dia seperti seorang anak kecil yang merengek. Seolah dia berkata, "Lihat aku, temani aku. Jangan pergi, aku membutuhkanmu."

Seperti yang dikatakan oleh mas Adi Prayuda dalam buku Luka Performa Bahagia, duduk bersama luka. Ke mana pun kita pergi, kita tidak bisa menghindari innerchild yang ada di dalam diri kita. Maka hadapilah. Temanilah dia. Obati lukanya. Berikan rasa aman untuknya. 

Pada sesi art therapy Emak menggambar masa kecilnya. Pertama-tama gambar Emak didominasi warna-warna suram. Lalu ketika dia sudah bisa mengenali dan menerima innerchildnya, Emak membebaskan diri bermain dengan warna. Perlahan warna-warna suram menghilang, dan dia suka sekali mewarnai dengan warna-warna yang cerah, bahkan kontras, tanpa berpikir apakah gambarnya terlihat bagus atau tidak. 

Selain melakukan art therapy, Emak belajar mengenali emosi dan menerimanya. Emosi adalah bagian dari diri manusia. Letak emosi ada di otak, disebut dengan limbik system. Emosi mempunyai energi yang menggerakkan seseorang. Kalau kita mengenali emosi dan memanfaatkan energi emosi ini kepada yang positif, hasilnya akan positif. 

Contohnya, energi kemarahan bisa untuk merusak barang-barang, seperti melempar piring dan mengobrak-abrik ruangan. Namun, bila kita menyadari apa yang kita rasakan, bisa menerima perasaan itu dan mengarahkan energinya dengan baik maka kita bisa menghasilkan sesuatu. Misalnya menggunakan energi kemarahan itu untuk beres-beres rumah, menyikat lantai supaya bersih, dll. Enargi tersalurkan, rumah pun jadi rapi dan bersih. 

Masalahnya, lebih sering kita tidak menerima perasaan emosi negatif atau yang tidak menyenangkan pada diri kita. Emosi negatif seperti marah, sedih, kecewa sering dilarang untuk hadir. Inginnya manusia selalu gembira dan bahagia. Padahal Allah menganugerahkan emosi itu untuk melindungi diri dan membuat kita merenungi akan kebesaran Allah. 

Saat marah, berarti ada sesuatu yang dirasakan tidak sesuai dengan diri kita. Saat sedih, kita jadi teringat orang-orang yang kita sayangi. Saat kecewa, kita belajar menerima bahwa kenyataan kadangkala tidak sesuai harapan dan ingat bahwa segala keputusan ada di tangan Tuhan. Dengan menerima emosi yang hadir dalam diri, membuat kita lebih bisa menerima diri apa adanya. 

Manusia adalah pemimpin dirinya sendiri. Dia harus mengenali dirinya, menerima diri apa adanya dan mencintainya setulus hati. Siapa yang bisa mencintai setulus hati selain dirinya sendiri? 

Dengan mengenali innerchild dan emosi yang dibawanya,  Emak jadi bisa mengasuh ulang (reparenting) diri kecilnya. Ketika kejadian saat ini mentrigger innerchildnya, dia bisa menenangkannya, memeluk dan menghiburnya. Emak katakan, "Hei, tidak apa-apa. Kau boleh merasakan emosi itu. Aku ada di sini untuk menemanimu melaluinya. Kini dirimu sudah terbebas dari belenggu luka masa lalu. Ada aku yang sudah dewasa dan kuat yang selalu menjaga dan menemanimu. Emosi itu boleh hadir, tetapi tidak lagi melukai. Luka itu sudah berlalu. Kau baik-baik saja sekarang."

Saat bersedih, Emak memandang cermin. Dia tanyakan, apakah kesedihan ini terjadi karena kejadian saat ini saja, ataukah ada luka innerchild di dalamnya?  Kalau ya, kejadian apa yang membuat sedih di masa lalu. Emak yakinkan kalau itu bisa diperbaiki sekarang. Emak juga bertanya, apakah kesedihan ini benar miliknya? Ataukah perasaan orang lain yang mempengaruhi dirinya? Kalau itu perasaan orang lain, Emak berusaha untuk tidak terpengaruh. 

Seringkali emosi yang muncul dalam diri seseorang itu sebenarnya bukan miliknya, tetapi milik orang lain. Karena manusia memiliki energi yang terpancar ke alam semesta melalui pikiran dan perasaannya. Pernah kan, melihat orang lain sedih kita jadi ikut sedih, padahal tadinya kita baik-baik saja? Melihat orang lain gembira, kita ikut gembira padahal kita tidak tahu apa yang membuat orang itu gembira. 

Innerchild dan Innerparent
Di dalam diri kita ada innerchild dan innerparent. Innerparent adalah diri kita yang sekarang ini, yang sudah dewasa, yang bisa mengasuh kembali anak kecil di dalam diri kita. Innerparent membuat innerchild merasa diterima, merasa aman, merasa diasuh kembali oleh orang tua dengan penuh cinta dan penerimaan. Penuh kasih sayang dan pengertian. Sehingga luka yang terjadi di masa lalu bisa tersembuhkan dan innerchild merasa bahagia. 

Alhamdulillah dengan reparenting innerchild dan belajar memahami tentang selflove, Emak merasa lebih baik dan bahagia. 

Emak tahu perjalanan masih panjang. Sepertinya sepanjang hidup Emak akan terus belajar tentang innerchild dan kesehatan mental. Karena Emak ingin, bukan hanya dia yang bahagia, tetapi juga orang-orang di sekitarnya juga. Bahkan kalau bisa, semua orang! 



Yogyakarta 24 Agustus 2021

Senin, 23 Agustus 2021

Percaya Nggak, Hidup Ini Misteri? Coba deh Amati, Perjalanan Hidup yang Telah Kita Lalui.

Apakah cita-citamu? 

Waktu kecil, Emak punya segudang cita-cita. Pernah pingin menjadi dokter, pernah juga pingin jadi guru, jadi polisi atau tentara, jadi penulis, dan lain-lain.

Apakah cita-cita itu kesampaian? 
Ada yang kesampaian, yaitu jadi guru dan penulis. Walaupun, jadi guru benerannya hanya sebentar, waktu dulu sempat mengajar di PAUD Wali Barokah. Jadi penulisnya masih berlangsung sampai sekarang. 

Penulis apa nih? Jangan-jangan penulis status di medsos? 

Hehe... Iya juga sih. Tapi selain menulis status di medsos, Emak juga menulis buku antologi dan blog. Kebanyakan tulisannya adalah kejadian sehari-hari, atau tulisan dari hasil perenungan. 
Kadang-kadang Emak merenung tentang perjalanan hidup hingga saat ini. 

Kalau mengingat-ingat masa kecil dulu, banyak hal yang menggembirakan, seperti bermain kartu dan othelo bersama bapaknya, jalan-jalan dengan keluarga atau ketika dibacakan cerita oleh ibunya. Namun ada juga hal-hal yang menyedihkan. Seperti waktu diam-diam ditinggal pergi oleh kakaknya, atau rasa kesepian karena pengabaian. 

Sebagai anak bungsu Emak mendapatkan banyak kemudahan dalam menjalani hidup. Sering dibela oleh orangtua dan banyak keputusan yang dilakukan oleh orang lain. 
Semua kejadian di masa kecil membentuk kepribadian Emak. Bahkan sampai dewasa, perasaan Emak masih seperti anak kecil terus. 

Emak sering merasa kecewa karena ekspektasi yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi sulit menyampaikan perasaan. Kadang-kadang dia pun bingung dengan perasaan sendiri. 
Bahkan setelah menikahpun masih begitu. Tentu saja ini berimbas pada hubungan dengan Bapak dan bagaimana membesarkan anak-anak mereka. 

Terombang-ambing dengan perasaan sendiri yang tak menentu itu tidak enak! 
Beruntunglah Alloh menyelamatkan Emak. Emak merasa sangat bersyukur  karena dibesarkan dalam keluarga yang taat beragama. Kemudian mendapatkan suami yang sholih dan bertanggung jawab. 

Bagaimanapun terombang-ambingnya, alhamdulillah dia masih berpegangan pada tali keimanan, dan Bapak menjaganya agar tidak terjatuh. 

Hingga akhirnya, sedikit demi sedikit Emak mengenali keresahan di dalam diri dan berusaha keluar dari jeratan emosinya sendiri. 
Hingga saat ini Emak masih berproses. Tapi bisa dia lihat perbedaan dirinya yang dulu dan sekarang. 

Berapa lama proses yang diperlukan untuk berubah? 
Apa saja yang dilakukan? 
Kepoin terus ya! 


Yogyakarta, 23 Agustus 2021

Sabtu, 14 Agustus 2021

Buku Antologi

Buku Antologi

Suatu malam Emak sedang membuka-buka facebook, ketika sebuah notif messengger muncul. Menandakan ada sebuah permintaan pesan dari orang asing.
Emak bertanya-tanya, siapakah gerangan yang mengiriminya pesan? Ah.. paling sales menawarkan barang. Atau mungkin Emak-Emak sosialita mengajak arisan online. Atau bisa juga orang menawarkan produk pelangsing... bibir Emak mengerucut. Dia sensi kalau ada yang menyinggung masalah berat badan.

Daripada penasaran, lebih baik dibuka saja pesannya.
Si pengirim pesan bernama Reni Sartika Srikandi Banjharan. Hmm...Nama yang panjang. Walau masih kalah panjang sama nama Emak.
Emak membaca pesannya:
"Assalamualaikum mbk. Salam kenal. Kita satu grup d ibu2 doyan menulis. Saya resa dr kab tanah datar Sumatera barat. Saya lagi nyari teman buat nulis antologi bersama2. Nanti kita terbitkan langsung. MBK mau ikutan?"

Alis Emak naik penuh tanya. Tidak ada hujan tidak ada angin..ya memang tidak berhubungan sih sama hujan dan angin, kok tetiba ada orang yang mengajak menulis buku?

Emak memang bergabung di grup FB IIDN -Ibu-ibu Doyan Nulis. Tapi Emak tidak pernah mengirimkan tulisan apa-apa di grup itu. Emak adalah member pasif yang hanya membuka grup sesekali. Itupun hanya sekilas.

Emak memutuskan untuk membalas pesan itu. Emak menyampaikan rasa senangnya karena diajak bergabung menulis buku. Emak juga menyatakan keraguannya, apakah tulisan Emak nanti layak untuk diterbitkan. Resa meyakinkan Emak bahwa teman-teman yang lain juga banyak yang penulis pemula. Harapannya karya perdana ini akan menjadikan semangat untuk menghasilkan karya-karya selanjutnya.

Emak tidak yakin, apakah bisa menulis dengan baik dan layak diterbitkan menjadi buku antologi -buku yang ditulis banyak orang. Tapi menulis adalah hobi Emak, dan diterbitkan menjadi sebuah buku adalah salah satu impian Emak.

Emak pun sebenarnya merasa curiga, jangan-jangan ini sebuah penipuan? Tapi apa yang bisa ditipu dari menerbitkan sebuah buku?

Emak membaca lagi persyaratan ikut bergabung menerbitkan buku itu. Buku antologi ini akan berisi karya dari 25-30 penulis. Masing-masing penulis membuat dua tulisan. Dan biaya penerbitannya adalah 3 juta untuk 50 eksemplar, dan 5 juta untuk 100 eksemplar. Penulis diwajibkan membeli buku itu minimal 2 buah. Uangnya untuk biaya penerbitan.
Hmmm.... jadi berapa harga bukunya ya?
Kalau 5 juta dibagi 30 orang, maka ketemunya adalah 166.666. Jadi setiap penulis akan dikenai biaya sebesar itu. Jumlah yang tidak sedikit buat Emak.
Tapi dipikir-pikir lagi, kapan lagi ada yang mengajak Emak untuk menerbitkan buku? Kalaupun ini sebuah penipuan, kerugian materi yang Emak alami kira-kira ya 167.000 itu. Kerugian non materi, tidak bisa dihitung. Tapi pasti ada manfaat yang bisa diambil. Contohnya pengalaman.

Emak ingat nasehat yang diberikan Bapak kepada anak-anak mereka, "Jangan takut mencoba hal yang baru. Jangan takut gagal. Habiskan jatah gagal kalian, mumpung kalian masih belum punya tanggungan dan ada orangtua sebagai backup. Jangan melulu belajar untuk mendapat nilai yang bagus, tapi ikutlah kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Ikut organisasi dan menjalin networking. Cobalah pengalaman-pengalaman yang baru." Begitu kata Bapak.

Keesokan harinya Emak meminta pendapat Bapak, bagaimana kalau Emak bergabung dengan Emak-Emak yang lain untuk menerbitkan buku antologi. Kata Bapak,
"Kalau dirasa bermanfaat, ikut saja."

Alhamdulillah Emak jadi lebih mantap hatinya. Dengan mengucap bismillah, Emakpun resmi menyatakan bergabung dengan Emak-Emak hebat yang lain untuk menulis buku antologi.

Karena ini baru buat Emak, maka Emak banyak bertanya kepada Resa tentang detil penulisan bukunya. Termasuk tanpa sungkang Emak menanyakan masalah royalty. Alhamdulillah Resa menjawab dengan sabar.

Saking bawelnya si Emak, Resa mendapuknya menjadi admin grup WA Antologi Emak-Emak Hebat. Alhamdulillah setelah Emak masuk di grup WA dan menjadi adminnya, grup yang kata Resa tadinya krik-krik karena sunyi, jadi ada gregetnya.
Emak juga yang mengusulkan agar dibuat deadline pengiriman tulisan. Karena menurut Emak, kalau tidak diberi deadline, kapan akan terbit bukunya?

Pertanyaan-pertanyaan Emak membuat Resa bercerita kalau dia pernah membuat buku antologi. Ada 2 buku yang telah diterbitkan. Yaitu Melipat Batas, dan Batu Daun Cinta Teman Setia Belajarku.
Emak jadi penasaran. Maka Emak berburu kedua buku itu melalui aplikasi bukalapak. Alhamdulillah ada yang jual. Keduanya dijual dengan harga 25.000. Entah buku ini asli atau bajakan, Emak tidak menanyakan. Emak sudah tidak sabar untuk mendapatkan buku-buku tersebut. Emak ingin tahu, apakah ada nama Reni Sartika di kedua buku itu?

Di grup WA Antologi Emak-Emak Hebat, mulai dilangsungkan perkenalan. Beberapa anggota memperkenalkan diri, nama, tanggal dan tahun lahir, alamat dan jumlah anak. Entah kenapa harus ada jumlah anak. Tapi menarik juga karena harus menuliskannya.

Tidak semua member grup mau menuliskan data diri. Atau lebih tepatnya belum bersedia membuka diri. Emak maklum. Kebanyakan member grup ini memang tidak saling mengenal, jadi mungkin belum timbul rasa percaya untuk saling terbuka.

Alhamdulillah hari ini Emak mendengar suara yang sudah dinanti-nantinya dari depan rumah, "Assalamualikum! Pakeeet!!"
Horeee !! Buku-buku yang ditunggu Emak datang juga. Tanpa menunda-nunda Emak segera unboxing paketnya. Dan Emak senang, karena pada dua buku itu ada nama Reni Sartika, alias Resa. Orang yang mengajaknya membuat buku Antologi.

Pada Buku Melipat Batas, Resa menceritakan pengalamannya menjadi mahasiswa di Amerika. Dan pada buku Batu Daun Cinta Teman Setia Belajarku, Resa menceritakan pengalamannya tentang mengajar.

Hati Emak yang tadinya masih ada keraguan, kini merasa mantap. Emak Yakin, Resa mengajaknya menerbitkan buku, karena memang ingin menerbitkan buku.

Buku yang bisa menginspirasi banyak orang, seperti buku pertama dan keduanya. Bukan untuk menipu atau mencari keuntungan sendiri dengan merugikan orang lain.

Deadline pengiriman naskah masih 2 bulan lagi. Emak optimis dengan izin Alloh, buku antologinya segera terbit dengan memuat karya-karya yang luar biasa dari Emak-Emak Hebat penulisnya.

Ayo Emak-Emak Hebat, kita tunjukkan karya-karya terbaik kita.

Tambun 7 Februari 2020