Selasa, 31 Agustus 2021

Siapakah Kita? Tahukah Anda Bahwa Kita Adalah Energi, dan Kita Adalah Pemimpin?

Apa yang Kita Pikirkan Itulah yang Kita Dapatkan

Mengikuti parade Webinar Innerchild Healing for Indonesia dan menjadi salah satu Innerchild Healing Ambassador for Indonesia adalah sebuah keajaiban buat Emak. Bagaimana tidak, hanya karena izin dan kehendak Allah sajalah Emak bisa bertemu dengan ibu ketua IIDN Widyanti Yuliandari dan founder Ruangpulih.com Intan Maria Lie yang kemudian menariknya menjadi bagian dari event ini. Emak tahu, Alloh telah memilihnya. Maka dia harus memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya. Emak bisa merasakan gelombang energi positif yang dia pancarkan yang membuat semakin banyak gelombang positif menghampirinya. 

Seperti yang dikatakan coach Fena Wijaya, alam semesta tidak pernah bohong. Alam semesta memberikan apa yang kita minta dengan cara merespon gelombang energi yang kita pancarkan. Maka bila kita meminta A kok yang datang B, coba dicek kembali apakah yang kita minta selaras dengan energi yang kita pancarkan? 

Ini berkaitan dengan pikiran bawah sadar kita. Semisal ada anak yang melihat pertengkaran orangtuanya, melihat sang ayah melakukan kekerasan pada ibunya, lalu pikiran  bawah sadarnya merekam hal tersebut dan menjadi  standar dirinya bahwa seperti itulah seharusnya seorang laki-laki. Maka ketika dewasa, walaupun dia berdoa meminta laki-laki yang baik yang menghampirinya, karena standar pikiran bawah sadarnya laki-laki seharusnya tidak sebaik itu, maka dia menolak kehadirannya. Yang terjadi, laki-laki seperti yang ada pada standar pikiran bawah sadarnyalah yang selalu datang. Karena itulah yang terpancarkan ke alam semesta dan menarik peristiwa atau orang-orang untuk mendatanginya. 

Penting bagi kita untuk melihat kembali ke dalam diri, untuk memastikan apakah energi yang kita pancarkan sudah sesuai dengan yang kita inginkan? Benahi dulu standar mindset kita. Lihat dulu apakah innerchild kita memiliki luka yang harus disembuhkan? 

Selain itu coach Fena Wijaya juga menerangkan bahwa fibrasi energi dari orang-orang di sekitar bisa mempengaruhi kita. Contohnya, saat tiba-tiba kita merasa sedih, bisa jadi kesedihan itu adalah milik orang di dekat kita. Demikian juga dengan rasa takut. Ketakutan yang berlebihan bisa jadi disebabkan oleh vibrasi dari orang-orang di sekitar kita. Misal ketakutan akan covid-19 yang membuat seseorang tidak berani beraktivitas, atau terlalu sering mencuci tangan. 
Menjadi penting untuk kita melihat apakah rasa takut dan sedih itu benar-benar milik kita?seperti misalnya, kita mencium bau tidak enak. Kita pikir bau itu dari badan kita. Maka kita pun mandi. Tapi kok baunya tidak hilang? Berarti bau itu bukan berasal dari badan kita. Kalau kita tidak bisa mencari di mana sumber baunya dan tidak bisa melakukan apa-apa, ya sudah, tidak usah dipikirkan. Kita bisa memikirkan hal-hal yang positif saja. 


Kita Adalah Pemimpin

Sedangkan uraian dari Bapak Prasetya M Brata membuat Emak lebih menyadari bahwa dirinya adalah seorang pemimpin. Paling tidak, pemimpin bagi dirinya sendiri. Dia harus bisa memimpin pikiran dan perasaannya.

 Kalau orang tidak menyadari bahwa dirinya adalah pemimpin untuk pikiran dan perasaannya, yang terjadi dia dipimpin oleh pikiran dan perasaannya. Orang seperti ini menjadi kehilangan akal sehatnya. Setinggi apapun pendidikannya, sebanyak apapun titelnya, dia bisa menjadi bodoh maksimal. Ini bisa dilihat dari orang-orang yang terlalu fanatik mendukung seseorang atau suatu partai dalam pemilu. Dia tidak bisa melihat keburukan dari yang didukungnya karena dia tidak bisa memimpin pikiran dan perasaaannya. 

Seperti halnya orang yang jatuh cinta. Dia dibutakan oleh perasaannya sehingga pikirannya tidak bekerja dengan baik. Seringkali jatuh cinta berakhir dengan penderitaan dan kemarahan. Namun, ketika bertahun kemudian dia melihat kembali peristiwa itu, dia sudah memiliki persepsi yang berbeda. Bila masih ada emosi yang tertinggal, dirinya yang sudah lebih dewasa bisa kembali menemui dirinya yang patah hati, dan mengajaknya memaknai peristiwa tersebut dengan sudut pandang diri yang sekarang. Hal ini juga bisa berlaku untuk luka innerchild. Kita bisa kembali menemui innerchild kita dan mengajaknya memandang masalah di waktu lalu dalam sudut pandang kita yang dewasa. 

Pak Prasetya M Brata mengajarkan untuk mindfulness pada keadaan saat ini, sehingga masa lalu tidak merecoki kenikmatan yang sedang kita alami saat ini. Contohnya saat makan. Karena kita teringat pernah memakan makanan yang lebih enak daripada yang kita makan sekarang, rasa makanan menjadi kurang enak karena kita bandingkan dengan masa lalu. Namun bila kita mindfulness saat makan, kita bisa menikmati makanan yang ada saat ini dengan penuh rasa syukur dan hati yang gembira. 

Begitu pula dengan luka innerchild yang kita alami. Luka itu membuat kita memiliki persepsi berbeda tentang kejadian di masa kini. Bila kita terganggu oleh innerchild, dia menyabotase pikiran dewasa kita, menariknya ke masa lalu sehingga tidak bisa mindfulness dengan masa kini. Karena kita adalah pemimpin pikiran dan perasaan, maka kita bisa kembali mengunjungi innerchild kita dan mengajakqnya berpikir dan merasa seperti apa yang kita rasakan saat dewasa, saat mindfulness dengan sesuatu. 

Terima Kasih Tuhan, Terima Kasih Diri ini

Mengikuti webinar tentang masalah kesehatan mental, khususnya innerchild, membuat Emak semakin menyadari pentingnya mengatasi masalah innerchild. Apalagi di komunitas yang Emak ikuti ternyata banyak yang merasa terganggu dengan innerchild tetapi enggan untuk membicarakannya. Menjadi PR untuk dirinya, bagaimana mengajak teman-teman untuk mau membuka diri dan berdamai dengan innerchildnya. 

Emak bersyukur Alloh menunjukkan jalan ini dan membimbing melaluinya. Alhamdulillah. Terima kasih Alloh.. Terima kasih diri ini, yang telah mau membuka diri dan mencari jalan untuk pulih, terus berlatih dan semakin berkembang. 

Tentang innerchild ini bisa dibaca di buku Luka Performa Bahagia, yang ditulis oleh Mbak Intan Maria Lie serta Mas Adi Prayuda. 


Yogyakarta 1 September 2021

Selasa, 24 Agustus 2021

Hei! Lihat Sini! Innerchild Sedang Memanggilmu!

Berapa banyak orang yang menyadari kalau di dalam dirinya ada masalah yang perlu diselesaikan? Lalu, mereka yang menyadari kalau punya masalah yang perlu diselesaikan, apakah mereka paham masalahnya itu apa? 

Masalah siapakah ini? 
Sebelumnya Emak tidak menyadari kalau dirinya bermasalah. Emak merasa orang lainlah yang bermasalah. Kenapa orang lain tidak melakukan seperti yang dia inginkan? Kenapa orang-orang tidak mau mengerti dirinya? 

Suatu ketika Bapak mengatakan sebaiknya Emak pergi ke psikolog. Psikolog? Apa Emak seperti orang yang tidak waras ya? Tapi pergi ke psikolog belum tentu karena sakit jiwa kan? Baiklah, Emak pun pergi. 

Namun pertama ke psikolog tidak banyak yang didapatkannya. Ya, karena psikolog kan bukan cenayang yang dengan sim salabim masalah menghilang. Emak merasa malu dengan dirinya dan tidak tahu apa yang sebenarnya dirasakan. Lagi pula Emak masih menikmati menjadi korban. Playing victim

Enak lho playing victim itu. Gimana enggak, ketika dirimu merasa menjadi korban, lalu terlihat menyedihkan, berbagai dukungan akan datang kepadamu. Itu yang dirasakan Emak. Berbagai pemakluman akan didapatkannya. Misalnya dimaklumi tidak melakukan tugas yang dibebankan, atau mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain. 

Namun, kesadaran bahwa dirinya punya masalah yang harus diselesaikan membuat langkah Emak terarah untuk mencari solusi. Emak banyak membaca buku-buku psikologi dan setelah internet mudah diakses, dia menonton video di youtube. Hingga akhirnya pandemi datang dan mempertemukannya dengan ruangpulih.com.

Bertemu Dengan Innerchild
Emak beruntung bisa mengenal Mbak Intan, founder Ruangpulih.com dan mengikuti program-programnya. Dari sini Emak jadi tahu tentang innerchild

Innerchild adalah diri kecil kita yang ada di dalam diri dewasa. Innerchild adalah pengalaman-pengalaman masa kecil yang menjadi bagian dari diri kita. Semua orang punya innerchild, tetapi tidak semua orang menyadarinya. Banyak yang merasa terpisah dari innerchildnya. 

Innerchild bisa baik bisa buruk. Ada innerchild yang bahagia, ada yang terluka. Dampak innerchild yang buruk bisa membuat seseorang menjadi tidak percaya diri dan berperilaku tidak sesuai dengan yang diharapkan. 

Emak merasa sering tertekan karena tidak mengerti dengan apa yang dirasakannya dan tidak berani mengekspresikan perasaan. Emak lebih banyak menangis dalam diam. Emak takut ketika menyampaikan perasaannya, orang lain tidak mau mengerti. Dia takut mereka marah atau benci dan meninggalkannya.

Mengenal Innerchild
Setelah mengikuti sesi art therapy dari ruangpulih bersama Mbak Intan, Emak mulai bisa melihat diri kecilnya. Anak kecil itu ketakutan karena pernah ditinggalkan diam-diam. Bahasa jawanya dilimpekke.

Kejadian itu tidak hanya sekali. Emak jadi merasa tidak aman dan sulit percaya bahwa ada orang yang benar-benar menyayanginya dan tidak akan meninggalkannya. Emak tidak berani berkata tidak kepada orang lain. Emak tidak berani mengekspresikan perasaannya. Dia akan melakukan apapun untuk orang yang disayangi agar orang itu tidak marah dan meninggalkannya. 

Saat innerchild tertrigger, sebenarnya dia sedang mencari perhatian kita. Dia seperti seorang anak kecil yang merengek. Seolah dia berkata, "Lihat aku, temani aku. Jangan pergi, aku membutuhkanmu."

Seperti yang dikatakan oleh mas Adi Prayuda dalam buku Luka Performa Bahagia, duduk bersama luka. Ke mana pun kita pergi, kita tidak bisa menghindari innerchild yang ada di dalam diri kita. Maka hadapilah. Temanilah dia. Obati lukanya. Berikan rasa aman untuknya. 

Pada sesi art therapy Emak menggambar masa kecilnya. Pertama-tama gambar Emak didominasi warna-warna suram. Lalu ketika dia sudah bisa mengenali dan menerima innerchildnya, Emak membebaskan diri bermain dengan warna. Perlahan warna-warna suram menghilang, dan dia suka sekali mewarnai dengan warna-warna yang cerah, bahkan kontras, tanpa berpikir apakah gambarnya terlihat bagus atau tidak. 

Selain melakukan art therapy, Emak belajar mengenali emosi dan menerimanya. Emosi adalah bagian dari diri manusia. Letak emosi ada di otak, disebut dengan limbik system. Emosi mempunyai energi yang menggerakkan seseorang. Kalau kita mengenali emosi dan memanfaatkan energi emosi ini kepada yang positif, hasilnya akan positif. 

Contohnya, energi kemarahan bisa untuk merusak barang-barang, seperti melempar piring dan mengobrak-abrik ruangan. Namun, bila kita menyadari apa yang kita rasakan, bisa menerima perasaan itu dan mengarahkan energinya dengan baik maka kita bisa menghasilkan sesuatu. Misalnya menggunakan energi kemarahan itu untuk beres-beres rumah, menyikat lantai supaya bersih, dll. Enargi tersalurkan, rumah pun jadi rapi dan bersih. 

Masalahnya, lebih sering kita tidak menerima perasaan emosi negatif atau yang tidak menyenangkan pada diri kita. Emosi negatif seperti marah, sedih, kecewa sering dilarang untuk hadir. Inginnya manusia selalu gembira dan bahagia. Padahal Allah menganugerahkan emosi itu untuk melindungi diri dan membuat kita merenungi akan kebesaran Allah. 

Saat marah, berarti ada sesuatu yang dirasakan tidak sesuai dengan diri kita. Saat sedih, kita jadi teringat orang-orang yang kita sayangi. Saat kecewa, kita belajar menerima bahwa kenyataan kadangkala tidak sesuai harapan dan ingat bahwa segala keputusan ada di tangan Tuhan. Dengan menerima emosi yang hadir dalam diri, membuat kita lebih bisa menerima diri apa adanya. 

Manusia adalah pemimpin dirinya sendiri. Dia harus mengenali dirinya, menerima diri apa adanya dan mencintainya setulus hati. Siapa yang bisa mencintai setulus hati selain dirinya sendiri? 

Dengan mengenali innerchild dan emosi yang dibawanya,  Emak jadi bisa mengasuh ulang (reparenting) diri kecilnya. Ketika kejadian saat ini mentrigger innerchildnya, dia bisa menenangkannya, memeluk dan menghiburnya. Emak katakan, "Hei, tidak apa-apa. Kau boleh merasakan emosi itu. Aku ada di sini untuk menemanimu melaluinya. Kini dirimu sudah terbebas dari belenggu luka masa lalu. Ada aku yang sudah dewasa dan kuat yang selalu menjaga dan menemanimu. Emosi itu boleh hadir, tetapi tidak lagi melukai. Luka itu sudah berlalu. Kau baik-baik saja sekarang."

Saat bersedih, Emak memandang cermin. Dia tanyakan, apakah kesedihan ini terjadi karena kejadian saat ini saja, ataukah ada luka innerchild di dalamnya?  Kalau ya, kejadian apa yang membuat sedih di masa lalu. Emak yakinkan kalau itu bisa diperbaiki sekarang. Emak juga bertanya, apakah kesedihan ini benar miliknya? Ataukah perasaan orang lain yang mempengaruhi dirinya? Kalau itu perasaan orang lain, Emak berusaha untuk tidak terpengaruh. 

Seringkali emosi yang muncul dalam diri seseorang itu sebenarnya bukan miliknya, tetapi milik orang lain. Karena manusia memiliki energi yang terpancar ke alam semesta melalui pikiran dan perasaannya. Pernah kan, melihat orang lain sedih kita jadi ikut sedih, padahal tadinya kita baik-baik saja? Melihat orang lain gembira, kita ikut gembira padahal kita tidak tahu apa yang membuat orang itu gembira. 

Innerchild dan Innerparent
Di dalam diri kita ada innerchild dan innerparent. Innerparent adalah diri kita yang sekarang ini, yang sudah dewasa, yang bisa mengasuh kembali anak kecil di dalam diri kita. Innerparent membuat innerchild merasa diterima, merasa aman, merasa diasuh kembali oleh orang tua dengan penuh cinta dan penerimaan. Penuh kasih sayang dan pengertian. Sehingga luka yang terjadi di masa lalu bisa tersembuhkan dan innerchild merasa bahagia. 

Alhamdulillah dengan reparenting innerchild dan belajar memahami tentang selflove, Emak merasa lebih baik dan bahagia. 

Emak tahu perjalanan masih panjang. Sepertinya sepanjang hidup Emak akan terus belajar tentang innerchild dan kesehatan mental. Karena Emak ingin, bukan hanya dia yang bahagia, tetapi juga orang-orang di sekitarnya juga. Bahkan kalau bisa, semua orang! 



Yogyakarta 24 Agustus 2021

Senin, 23 Agustus 2021

Percaya Nggak, Hidup Ini Misteri? Coba deh Amati, Perjalanan Hidup yang Telah Kita Lalui.

Apakah cita-citamu? 

Waktu kecil, Emak punya segudang cita-cita. Pernah pingin menjadi dokter, pernah juga pingin jadi guru, jadi polisi atau tentara, jadi penulis, dan lain-lain.

Apakah cita-cita itu kesampaian? 
Ada yang kesampaian, yaitu jadi guru dan penulis. Walaupun, jadi guru benerannya hanya sebentar, waktu dulu sempat mengajar di PAUD Wali Barokah. Jadi penulisnya masih berlangsung sampai sekarang. 

Penulis apa nih? Jangan-jangan penulis status di medsos? 

Hehe... Iya juga sih. Tapi selain menulis status di medsos, Emak juga menulis buku antologi dan blog. Kebanyakan tulisannya adalah kejadian sehari-hari, atau tulisan dari hasil perenungan. 
Kadang-kadang Emak merenung tentang perjalanan hidup hingga saat ini. 

Kalau mengingat-ingat masa kecil dulu, banyak hal yang menggembirakan, seperti bermain kartu dan othelo bersama bapaknya, jalan-jalan dengan keluarga atau ketika dibacakan cerita oleh ibunya. Namun ada juga hal-hal yang menyedihkan. Seperti waktu diam-diam ditinggal pergi oleh kakaknya, atau rasa kesepian karena pengabaian. 

Sebagai anak bungsu Emak mendapatkan banyak kemudahan dalam menjalani hidup. Sering dibela oleh orangtua dan banyak keputusan yang dilakukan oleh orang lain. 
Semua kejadian di masa kecil membentuk kepribadian Emak. Bahkan sampai dewasa, perasaan Emak masih seperti anak kecil terus. 

Emak sering merasa kecewa karena ekspektasi yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi sulit menyampaikan perasaan. Kadang-kadang dia pun bingung dengan perasaan sendiri. 
Bahkan setelah menikahpun masih begitu. Tentu saja ini berimbas pada hubungan dengan Bapak dan bagaimana membesarkan anak-anak mereka. 

Terombang-ambing dengan perasaan sendiri yang tak menentu itu tidak enak! 
Beruntunglah Alloh menyelamatkan Emak. Emak merasa sangat bersyukur  karena dibesarkan dalam keluarga yang taat beragama. Kemudian mendapatkan suami yang sholih dan bertanggung jawab. 

Bagaimanapun terombang-ambingnya, alhamdulillah dia masih berpegangan pada tali keimanan, dan Bapak menjaganya agar tidak terjatuh. 

Hingga akhirnya, sedikit demi sedikit Emak mengenali keresahan di dalam diri dan berusaha keluar dari jeratan emosinya sendiri. 
Hingga saat ini Emak masih berproses. Tapi bisa dia lihat perbedaan dirinya yang dulu dan sekarang. 

Berapa lama proses yang diperlukan untuk berubah? 
Apa saja yang dilakukan? 
Kepoin terus ya! 


Yogyakarta, 23 Agustus 2021

Sabtu, 14 Agustus 2021

Buku Antologi

Buku Antologi

Suatu malam Emak sedang membuka-buka facebook, ketika sebuah notif messengger muncul. Menandakan ada sebuah permintaan pesan dari orang asing.
Emak bertanya-tanya, siapakah gerangan yang mengiriminya pesan? Ah.. paling sales menawarkan barang. Atau mungkin Emak-Emak sosialita mengajak arisan online. Atau bisa juga orang menawarkan produk pelangsing... bibir Emak mengerucut. Dia sensi kalau ada yang menyinggung masalah berat badan.

Daripada penasaran, lebih baik dibuka saja pesannya.
Si pengirim pesan bernama Reni Sartika Srikandi Banjharan. Hmm...Nama yang panjang. Walau masih kalah panjang sama nama Emak.
Emak membaca pesannya:
"Assalamualaikum mbk. Salam kenal. Kita satu grup d ibu2 doyan menulis. Saya resa dr kab tanah datar Sumatera barat. Saya lagi nyari teman buat nulis antologi bersama2. Nanti kita terbitkan langsung. MBK mau ikutan?"

Alis Emak naik penuh tanya. Tidak ada hujan tidak ada angin..ya memang tidak berhubungan sih sama hujan dan angin, kok tetiba ada orang yang mengajak menulis buku?

Emak memang bergabung di grup FB IIDN -Ibu-ibu Doyan Nulis. Tapi Emak tidak pernah mengirimkan tulisan apa-apa di grup itu. Emak adalah member pasif yang hanya membuka grup sesekali. Itupun hanya sekilas.

Emak memutuskan untuk membalas pesan itu. Emak menyampaikan rasa senangnya karena diajak bergabung menulis buku. Emak juga menyatakan keraguannya, apakah tulisan Emak nanti layak untuk diterbitkan. Resa meyakinkan Emak bahwa teman-teman yang lain juga banyak yang penulis pemula. Harapannya karya perdana ini akan menjadikan semangat untuk menghasilkan karya-karya selanjutnya.

Emak tidak yakin, apakah bisa menulis dengan baik dan layak diterbitkan menjadi buku antologi -buku yang ditulis banyak orang. Tapi menulis adalah hobi Emak, dan diterbitkan menjadi sebuah buku adalah salah satu impian Emak.

Emak pun sebenarnya merasa curiga, jangan-jangan ini sebuah penipuan? Tapi apa yang bisa ditipu dari menerbitkan sebuah buku?

Emak membaca lagi persyaratan ikut bergabung menerbitkan buku itu. Buku antologi ini akan berisi karya dari 25-30 penulis. Masing-masing penulis membuat dua tulisan. Dan biaya penerbitannya adalah 3 juta untuk 50 eksemplar, dan 5 juta untuk 100 eksemplar. Penulis diwajibkan membeli buku itu minimal 2 buah. Uangnya untuk biaya penerbitan.
Hmmm.... jadi berapa harga bukunya ya?
Kalau 5 juta dibagi 30 orang, maka ketemunya adalah 166.666. Jadi setiap penulis akan dikenai biaya sebesar itu. Jumlah yang tidak sedikit buat Emak.
Tapi dipikir-pikir lagi, kapan lagi ada yang mengajak Emak untuk menerbitkan buku? Kalaupun ini sebuah penipuan, kerugian materi yang Emak alami kira-kira ya 167.000 itu. Kerugian non materi, tidak bisa dihitung. Tapi pasti ada manfaat yang bisa diambil. Contohnya pengalaman.

Emak ingat nasehat yang diberikan Bapak kepada anak-anak mereka, "Jangan takut mencoba hal yang baru. Jangan takut gagal. Habiskan jatah gagal kalian, mumpung kalian masih belum punya tanggungan dan ada orangtua sebagai backup. Jangan melulu belajar untuk mendapat nilai yang bagus, tapi ikutlah kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Ikut organisasi dan menjalin networking. Cobalah pengalaman-pengalaman yang baru." Begitu kata Bapak.

Keesokan harinya Emak meminta pendapat Bapak, bagaimana kalau Emak bergabung dengan Emak-Emak yang lain untuk menerbitkan buku antologi. Kata Bapak,
"Kalau dirasa bermanfaat, ikut saja."

Alhamdulillah Emak jadi lebih mantap hatinya. Dengan mengucap bismillah, Emakpun resmi menyatakan bergabung dengan Emak-Emak hebat yang lain untuk menulis buku antologi.

Karena ini baru buat Emak, maka Emak banyak bertanya kepada Resa tentang detil penulisan bukunya. Termasuk tanpa sungkang Emak menanyakan masalah royalty. Alhamdulillah Resa menjawab dengan sabar.

Saking bawelnya si Emak, Resa mendapuknya menjadi admin grup WA Antologi Emak-Emak Hebat. Alhamdulillah setelah Emak masuk di grup WA dan menjadi adminnya, grup yang kata Resa tadinya krik-krik karena sunyi, jadi ada gregetnya.
Emak juga yang mengusulkan agar dibuat deadline pengiriman tulisan. Karena menurut Emak, kalau tidak diberi deadline, kapan akan terbit bukunya?

Pertanyaan-pertanyaan Emak membuat Resa bercerita kalau dia pernah membuat buku antologi. Ada 2 buku yang telah diterbitkan. Yaitu Melipat Batas, dan Batu Daun Cinta Teman Setia Belajarku.
Emak jadi penasaran. Maka Emak berburu kedua buku itu melalui aplikasi bukalapak. Alhamdulillah ada yang jual. Keduanya dijual dengan harga 25.000. Entah buku ini asli atau bajakan, Emak tidak menanyakan. Emak sudah tidak sabar untuk mendapatkan buku-buku tersebut. Emak ingin tahu, apakah ada nama Reni Sartika di kedua buku itu?

Di grup WA Antologi Emak-Emak Hebat, mulai dilangsungkan perkenalan. Beberapa anggota memperkenalkan diri, nama, tanggal dan tahun lahir, alamat dan jumlah anak. Entah kenapa harus ada jumlah anak. Tapi menarik juga karena harus menuliskannya.

Tidak semua member grup mau menuliskan data diri. Atau lebih tepatnya belum bersedia membuka diri. Emak maklum. Kebanyakan member grup ini memang tidak saling mengenal, jadi mungkin belum timbul rasa percaya untuk saling terbuka.

Alhamdulillah hari ini Emak mendengar suara yang sudah dinanti-nantinya dari depan rumah, "Assalamualikum! Pakeeet!!"
Horeee !! Buku-buku yang ditunggu Emak datang juga. Tanpa menunda-nunda Emak segera unboxing paketnya. Dan Emak senang, karena pada dua buku itu ada nama Reni Sartika, alias Resa. Orang yang mengajaknya membuat buku Antologi.

Pada Buku Melipat Batas, Resa menceritakan pengalamannya menjadi mahasiswa di Amerika. Dan pada buku Batu Daun Cinta Teman Setia Belajarku, Resa menceritakan pengalamannya tentang mengajar.

Hati Emak yang tadinya masih ada keraguan, kini merasa mantap. Emak Yakin, Resa mengajaknya menerbitkan buku, karena memang ingin menerbitkan buku.

Buku yang bisa menginspirasi banyak orang, seperti buku pertama dan keduanya. Bukan untuk menipu atau mencari keuntungan sendiri dengan merugikan orang lain.

Deadline pengiriman naskah masih 2 bulan lagi. Emak optimis dengan izin Alloh, buku antologinya segera terbit dengan memuat karya-karya yang luar biasa dari Emak-Emak Hebat penulisnya.

Ayo Emak-Emak Hebat, kita tunjukkan karya-karya terbaik kita.

Tambun 7 Februari 2020