Senin, 25 Mei 2015

Wanita.. cintailah dirimu

Cintailah diri sendiri

Siang ini 30-1-2008 saya nonton acara oprah winfrey, sayangnya hanya sekilas. Padahal topik yang dibicarakan sangat menarik buat saya. Tapi ya apa daya, tak kuasa menolak panggilan tugas momong si kecil yang sudah punya banyak mau.

Tapi dari yang sekilas itu, beberapa hal dapat saya tangkap, dan Insya Allah bermanfaat buat saya, dan ingin saya bagi dengan semua wanita.

Pada acara itu disebutkan bahwa ternyata banyak wanita yang tidak mengasihi dirinya sendiri. Para wanita itu mencintai anak-anaknya, suaminya, dan keluarga lainnya, tapi kurang mencintai dirinya dan kehidupannya sendiri.

Banyak wanita yang rela berkorban untuk orang lain, tapi tidak untuk dirinya sendiri. Ternyata hal ini berakibat buruk pada anak-anaknya.

Meskipun si anak dicintai, tapi mereka tumbuh dengan tidak bisa mencintai dirinya sendiri. Karena mereka meniru ibu mereka yang tidak mencintai dirinya sendiri.

Ada seorang wanita yang bertemu dengan pria yang dianggapnya sempurna. Ketika wanita itu bertanya, bagaimana dia bisa seperti itu, apakah karena dia dicintai oleh ibunya, si pria menjawab, ibunya mencintai kehidupannya. Maksudnya, karena ibunya mencintai dirinya sendiri dan kehidupannya, ibunya bisa mencintainya dan keluarganya dengan tulus, sehingga bisa berbuat yang terbaik untuk semuanya.

Selama ini entah berapa banyak orang mengagungkan pengorbanan untuk orang lain. Mengasihi diri sendiri (bukan mengasihani diri sendiri) dianggap sebagai suatu sikap yang egois dan tidak terlalu baik. Kita didengung-dengungkan untuk memberi pada orang lain, dan tidak pada diri sendiri. Karena kalau kita mementingkan diri, kesannya kita tamak, serakah, mau menang sendiri dan mungkin akan bertindak korupsi.

Tentu yang dimaksud mengasihi diri sendiri bukan seperti hal di atas. Tapi sebagai salah satu contohnya, ketika kita telah mengantarkan anak-anak atau orang yang kita cintai tidur, bayangkanlah kita yang berada di posisi mereka, -kita ini dicintai, sehingga energi cinta itu juga mengalir kepada diri kita sendiri.

Sayang, hanya itu yang bisa saya tangkap.
Namun bila Anda pernah membaca ‘shadow work’nya Debborah Sue Ford (Debbie Ford), mencintai diri berarti kita bisa menerima dan merangkul semua aspek dalam diri kita, baik yang positif maupun negatif.

Bila kita benci pada seseorang karena kelakuannya, sebenarnya kita sedang mengingkari apa yang ada dalam diri kita namun tidak kita akui. Apa yang kita lihat dan rasakan dari orang tersebut adalah proyeksi diri kita sendiri. Sekali kita bisa merangkul aspek diri tersebut, tidak akan ada rasa benci atau apa yang dilakukan orang tersebut tidak akan mempengaruhi perasaan kita.

Demikian pula bila kita mengagumi seseorang karena suatu hal, sebenarnya itu adalah aspek yang ada dalam diri kita, yang mungkin tidak kita sadari, kita proyeksikan pada orang tersebut.

Menurut Debbie, kita adalah alam semesta, dan alam semesta adalah kita. Kita adalah segalanya. Karena itu bila kita bisa merangkul semua aspek yang selama ini kita ingkari, baik positif ataupun negatif, kita akan menjadi manusia yang utuh dan berbahagia. Kebahagiaan kita adalah anugerah bagi keluarga dan orang-orang di sekitar kita.

Jadi para Ibu dan wanita, cintailah dan kasihilah diri kita, sehingga kita bisa mencintai orang-orang yang kita kasihi dengan tulus.

Sejujurnya, saya bisa menuliskan banyak kata di atas, tapi untuk memulainya saya masih meragukannya. Mulai dari mana?

Mungkin kita bisa memulainya dengan meningkatkan rasa syukur kita pada Allah. Bersyukur karena Allah telah memberi kesempurnaan kepada kita. Bersyukur kepada semua anggota tubuh kita yang telah melakukan banyak hal untuk kita. Dengan menyadari dan mensyukuri betapa banyak nikmat yang telah Allah berikan, sehingga kita tidak dapat menghitungnya, kita bisa lebih mencintai diri kita dan kehidupan yang kita jalani. Semoga dengan begitu, rasa cinta itu bisa terpancar kepada orang-orang di sekitar kita.

Belajar dari mendengar: bersyukur atas segala hal

♧Menunggu Alya di kantin sekolah♧

Alhamdulillah Allah paring begitu banyak kenikmatan padaku. Salah satunya adalah bisa bertemu dengan banyak orang. Setiap org punya keunikan masing2. Dari mereka saya bisa belajar tentang banyak hal. Dari mereka saya bisa melihat begitu banyak keajaiban yang telah diturunkan Allah pada hambaNya.

Suatu hari saya bertemu dengan seorang istri pejabat. Istri seorang camat. Yang mengingatkan saya pada kakak sulung saya. Orangnya baik banget. Dia suka menolang orang. Suka nraktir teman2nya. Tapi suka memerintah oranglain. :-D

Lain hari saya bertemu dengan rombongan ibu-ibu muda yang ngerumpi di kantin sekolah. Yg diomongin dari A-Z. Ngomongin anak, tetangga, diri sendiri, peliharaan, belanjaan atau tempat2 yang mereka kunjungi dan kadang berantem sendiri diantara mereka. Lha ngobrolnya keras2 jd walau nggak bermaksud nguping kedengeran juga. Melihat mereka kadang jd seperti melihat sekumpulan anak2 perempuan bermain pasaran. :-D (kenapa aku merasa begitu ya?)

Di kali yang lain saya bertemu dengan ibu muda yang terlihat labil (emang ngerti labil itu apa? Haha...).
Dia bercerita macam-macam tentang diri dan keluarganya. Kadang ceritanya berubah-ubah. Tdnya bilang A, gak lama kemudian yang tdnya A jd B. Hemmh.. ya tidak apa-apalah. Dia sepertinya ingin didengarkan dan diperhatikan. Kalau saya ada waktu dan bisa mendengarkan dia, ya didengarkan saja, daripada bengong nungguin alya pulang. Tdk perlu menilai, tidak perlu tahu kebenaran ceritanya, tidak perlu terlibat, kecuali diminta. Jadi ya saya dengarkan saja.

Di hari yang lain saya bertemu dengan seorang ibu berputri 1 yang telah ditinggalkan suaminya utk selamanya karena sakit. Dia bercerita tentang anak tunggalnya yg dibanggakannya. Bgmn suaminya meninggal dan bagaimana anaknya yg berusia 7th menghadapi kepergian ayahnya. Anaknya tidak menangis. Orang2 bilang dia tidak menangis karena belum mengerti. Tapi setelah pelayat pulang, malam harinya dia bilang kalau dia sudah mengerti ayahnya pergi tidak akan kembali, tapi dia tidak menangis karena ayahnya pernah bilang orang yang meninggal tidak boleh ditangisi. Setiap kangen ayahnya dia  sebentar2 mengajak ibunya mendoakan ayahnya. MasyaAllah... dengernya jadi merinding.

Di lain hari saya bertemu dengan ibu penjual katering. Mendengarkan bagaimana perjuangannya mengelola katering anak-anak sekolah. Bagaimana dia pernah ditipu karyawan dll.

Kadang-kadang saya ngobrol dengan satpam sekolah. Satpam di dalam perempuan. Salah satu tugasnya 'mengusir' ibu-ibu yang nongkrong di kantin dalam sekolah pas jam anak-anak istirahat. Soalnya kasihan anak-anak tidak dapat tempat duduk dan rebutan memesan makanan dengan emak-emak kurang kerjaan (buktinya bisa nongkrong di sekolah gak mikirin kerjaan rumah dll- haha.. sok tahu. Padahal saya jg di sekolah biarpun sambil mikirin kerjaan rumah hehe..).
Kalau kantin di parkiran gak ada razia satpam. Pas istirahat pun boleh saja duduk di sana.
Bu Satpam biasanya mengucap salam dan mengatakan dengan ramah beberapa menit lagi istirahat jadi ibu-ibu yang sudah selesai di kantin supaya meninggalkan tempat itu. Pindah ke kantin luar atau kemana gitu yang tidak mengganggu anak-anak. Tapi ada juga ibu-ibu yang ngeyel, merasa punya hubungan baik dengan pemilik yayasan dan tidak memperdulikan bu Satpam. Bu Satpam pernah bilang juga kalau ibu-ibu itu sebenarnya yang membuat anak-anak mereka tidak mandiri. Kemana-mana diantar dan selalu dibantu, jadinya anak-anak tergantung sama orangtuanya.

Kadang-kadang saya bertemu dengan ibu kantin kampus sebelah. Masih sekolah Putra Darma Islamic School, tapi beda gedung. Anaknya sekelas dengan Alya. Ibu ini punya ide macam-macam. Sebenarnya idenya bagus-bagus. Seperti mengumpulkan uang sukarela untuk menjenguk yang sakit. Atau untuk makan-makan ibu-ibu satu kelas. Yang jadi masalah, dia tidak mau mengerjakannya. Pernah suatu kali saat anak-anak buka puasa bersama romadhon kemarin. Dia punya ide ibu-ibunya urunan untuk buka bersama juga -karena dari sekolah yang dapat makan kan cuma siswa. Ketika itu tiba-tiba dia memberikan uang beberapa puluh ribu ke saya (karena saya korlas) yang tidak tahu apa-apa. Dia cuma bilang, ini uang buat buka bersama ibu-ibu. Karena saya tidak tahu urusannya dan tidak merasa menyanggupi apa-apa jadi saya tolak. Belajar bilang "tidak", walaupun ternyata tidak gampang. Apalagi orangnya maksa..

Sudah ah ceritanya. Pada intinya, ketemu banyak orang itu menyenangkan. Jadi bisa melihat warna warni kebesaran Allah. Jadi bisa lebih bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan padaku. Yang tidak bisa dihitung. Allah juga tidak memerintahkan untuk menghitung. Kita cuma diperintahkan untuk bersyukur. Sudah begitu kalau bersyukur Allah menambahi nikmatNya. Masya Allah..

Alhamdulillahirobbil'alamiin..

Cerita Alya

PETUALANGAN MINI DAN MIRA

Pada suatu hari hiduplah dua  anak. Nama dua anak  itu mini dan mira. Mini berkulit putih, dan mira berkulit coklat. Mereka berdua sangat senang bermain. Suatu hari mini dan mira ingin bertualang ke tempat yang jauh. Lalu mereka meminta izin kepada  ayah dan ibu mereka. Ayah dan ibu mereka mengizinkan. Lalu mereka berdua pergi bertualang. ketika mini dan mira sedang bertualang. Mereka melihat goa yang sangat besar. Mini dan mira memutuskan untuk masuk ke dalam goa itu. Ketika di dalam goa itu mira berkata, "mini aku takut."
lalu mini menjawab, "tidak usah takut ada allah yang maha penguasa, ayo kita berdoa kepada allah."
setelah selesai berdoa mereka melanjutkan perjalanan mereka. Tiba tiba mini dan mira melihat ada emas dan permata di dinding goa.
"Ayo kita ambil emas dan permata itu!" Kata mira.
"Tapi apakah kita boleh mengambil emas dan permata itu?"tanya mini.
"Hmmm aku juga tidak tahu."jawab mira.
"mungkin ada seseorang yang membuat goa ini."kata mini lagi. Lalu mereka berdua mencari orang yang membuat goa itu. Tiba tiba mereka bertemu dengan orang dewasa. Bajunya bagus sekali. Mini dan mira berkata,"apakah anda yang telah membuat goa ini?"
"Ya." Jawab orang itu.
"Kalau begitu apakah kami boleh mengambil sebagian emas dan permata ini?" Tanya mini.
Orang itu mengizinkan. Lalu mereka berdua mengambil sebagian emas dan permata itu. Lalu mini dan mira berterima kasih kepada orang itu. Lalu mini dan mira pulang. Setelah sampai di rumah mini dan mira menceritakan tentang petualangan mereka kepada ayah ibunya.