Selasa, 24 Agustus 2021

Hei! Lihat Sini! Innerchild Sedang Memanggilmu!

Berapa banyak orang yang menyadari kalau di dalam dirinya ada masalah yang perlu diselesaikan? Lalu, mereka yang menyadari kalau punya masalah yang perlu diselesaikan, apakah mereka paham masalahnya itu apa? 

Masalah siapakah ini? 
Sebelumnya Emak tidak menyadari kalau dirinya bermasalah. Emak merasa orang lainlah yang bermasalah. Kenapa orang lain tidak melakukan seperti yang dia inginkan? Kenapa orang-orang tidak mau mengerti dirinya? 

Suatu ketika Bapak mengatakan sebaiknya Emak pergi ke psikolog. Psikolog? Apa Emak seperti orang yang tidak waras ya? Tapi pergi ke psikolog belum tentu karena sakit jiwa kan? Baiklah, Emak pun pergi. 

Namun pertama ke psikolog tidak banyak yang didapatkannya. Ya, karena psikolog kan bukan cenayang yang dengan sim salabim masalah menghilang. Emak merasa malu dengan dirinya dan tidak tahu apa yang sebenarnya dirasakan. Lagi pula Emak masih menikmati menjadi korban. Playing victim

Enak lho playing victim itu. Gimana enggak, ketika dirimu merasa menjadi korban, lalu terlihat menyedihkan, berbagai dukungan akan datang kepadamu. Itu yang dirasakan Emak. Berbagai pemakluman akan didapatkannya. Misalnya dimaklumi tidak melakukan tugas yang dibebankan, atau mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain. 

Namun, kesadaran bahwa dirinya punya masalah yang harus diselesaikan membuat langkah Emak terarah untuk mencari solusi. Emak banyak membaca buku-buku psikologi dan setelah internet mudah diakses, dia menonton video di youtube. Hingga akhirnya pandemi datang dan mempertemukannya dengan ruangpulih.com.

Bertemu Dengan Innerchild
Emak beruntung bisa mengenal Mbak Intan, founder Ruangpulih.com dan mengikuti program-programnya. Dari sini Emak jadi tahu tentang innerchild

Innerchild adalah diri kecil kita yang ada di dalam diri dewasa. Innerchild adalah pengalaman-pengalaman masa kecil yang menjadi bagian dari diri kita. Semua orang punya innerchild, tetapi tidak semua orang menyadarinya. Banyak yang merasa terpisah dari innerchildnya. 

Innerchild bisa baik bisa buruk. Ada innerchild yang bahagia, ada yang terluka. Dampak innerchild yang buruk bisa membuat seseorang menjadi tidak percaya diri dan berperilaku tidak sesuai dengan yang diharapkan. 

Emak merasa sering tertekan karena tidak mengerti dengan apa yang dirasakannya dan tidak berani mengekspresikan perasaan. Emak lebih banyak menangis dalam diam. Emak takut ketika menyampaikan perasaannya, orang lain tidak mau mengerti. Dia takut mereka marah atau benci dan meninggalkannya.

Mengenal Innerchild
Setelah mengikuti sesi art therapy dari ruangpulih bersama Mbak Intan, Emak mulai bisa melihat diri kecilnya. Anak kecil itu ketakutan karena pernah ditinggalkan diam-diam. Bahasa jawanya dilimpekke.

Kejadian itu tidak hanya sekali. Emak jadi merasa tidak aman dan sulit percaya bahwa ada orang yang benar-benar menyayanginya dan tidak akan meninggalkannya. Emak tidak berani berkata tidak kepada orang lain. Emak tidak berani mengekspresikan perasaannya. Dia akan melakukan apapun untuk orang yang disayangi agar orang itu tidak marah dan meninggalkannya. 

Saat innerchild tertrigger, sebenarnya dia sedang mencari perhatian kita. Dia seperti seorang anak kecil yang merengek. Seolah dia berkata, "Lihat aku, temani aku. Jangan pergi, aku membutuhkanmu."

Seperti yang dikatakan oleh mas Adi Prayuda dalam buku Luka Performa Bahagia, duduk bersama luka. Ke mana pun kita pergi, kita tidak bisa menghindari innerchild yang ada di dalam diri kita. Maka hadapilah. Temanilah dia. Obati lukanya. Berikan rasa aman untuknya. 

Pada sesi art therapy Emak menggambar masa kecilnya. Pertama-tama gambar Emak didominasi warna-warna suram. Lalu ketika dia sudah bisa mengenali dan menerima innerchildnya, Emak membebaskan diri bermain dengan warna. Perlahan warna-warna suram menghilang, dan dia suka sekali mewarnai dengan warna-warna yang cerah, bahkan kontras, tanpa berpikir apakah gambarnya terlihat bagus atau tidak. 

Selain melakukan art therapy, Emak belajar mengenali emosi dan menerimanya. Emosi adalah bagian dari diri manusia. Letak emosi ada di otak, disebut dengan limbik system. Emosi mempunyai energi yang menggerakkan seseorang. Kalau kita mengenali emosi dan memanfaatkan energi emosi ini kepada yang positif, hasilnya akan positif. 

Contohnya, energi kemarahan bisa untuk merusak barang-barang, seperti melempar piring dan mengobrak-abrik ruangan. Namun, bila kita menyadari apa yang kita rasakan, bisa menerima perasaan itu dan mengarahkan energinya dengan baik maka kita bisa menghasilkan sesuatu. Misalnya menggunakan energi kemarahan itu untuk beres-beres rumah, menyikat lantai supaya bersih, dll. Enargi tersalurkan, rumah pun jadi rapi dan bersih. 

Masalahnya, lebih sering kita tidak menerima perasaan emosi negatif atau yang tidak menyenangkan pada diri kita. Emosi negatif seperti marah, sedih, kecewa sering dilarang untuk hadir. Inginnya manusia selalu gembira dan bahagia. Padahal Allah menganugerahkan emosi itu untuk melindungi diri dan membuat kita merenungi akan kebesaran Allah. 

Saat marah, berarti ada sesuatu yang dirasakan tidak sesuai dengan diri kita. Saat sedih, kita jadi teringat orang-orang yang kita sayangi. Saat kecewa, kita belajar menerima bahwa kenyataan kadangkala tidak sesuai harapan dan ingat bahwa segala keputusan ada di tangan Tuhan. Dengan menerima emosi yang hadir dalam diri, membuat kita lebih bisa menerima diri apa adanya. 

Manusia adalah pemimpin dirinya sendiri. Dia harus mengenali dirinya, menerima diri apa adanya dan mencintainya setulus hati. Siapa yang bisa mencintai setulus hati selain dirinya sendiri? 

Dengan mengenali innerchild dan emosi yang dibawanya,  Emak jadi bisa mengasuh ulang (reparenting) diri kecilnya. Ketika kejadian saat ini mentrigger innerchildnya, dia bisa menenangkannya, memeluk dan menghiburnya. Emak katakan, "Hei, tidak apa-apa. Kau boleh merasakan emosi itu. Aku ada di sini untuk menemanimu melaluinya. Kini dirimu sudah terbebas dari belenggu luka masa lalu. Ada aku yang sudah dewasa dan kuat yang selalu menjaga dan menemanimu. Emosi itu boleh hadir, tetapi tidak lagi melukai. Luka itu sudah berlalu. Kau baik-baik saja sekarang."

Saat bersedih, Emak memandang cermin. Dia tanyakan, apakah kesedihan ini terjadi karena kejadian saat ini saja, ataukah ada luka innerchild di dalamnya?  Kalau ya, kejadian apa yang membuat sedih di masa lalu. Emak yakinkan kalau itu bisa diperbaiki sekarang. Emak juga bertanya, apakah kesedihan ini benar miliknya? Ataukah perasaan orang lain yang mempengaruhi dirinya? Kalau itu perasaan orang lain, Emak berusaha untuk tidak terpengaruh. 

Seringkali emosi yang muncul dalam diri seseorang itu sebenarnya bukan miliknya, tetapi milik orang lain. Karena manusia memiliki energi yang terpancar ke alam semesta melalui pikiran dan perasaannya. Pernah kan, melihat orang lain sedih kita jadi ikut sedih, padahal tadinya kita baik-baik saja? Melihat orang lain gembira, kita ikut gembira padahal kita tidak tahu apa yang membuat orang itu gembira. 

Innerchild dan Innerparent
Di dalam diri kita ada innerchild dan innerparent. Innerparent adalah diri kita yang sekarang ini, yang sudah dewasa, yang bisa mengasuh kembali anak kecil di dalam diri kita. Innerparent membuat innerchild merasa diterima, merasa aman, merasa diasuh kembali oleh orang tua dengan penuh cinta dan penerimaan. Penuh kasih sayang dan pengertian. Sehingga luka yang terjadi di masa lalu bisa tersembuhkan dan innerchild merasa bahagia. 

Alhamdulillah dengan reparenting innerchild dan belajar memahami tentang selflove, Emak merasa lebih baik dan bahagia. 

Emak tahu perjalanan masih panjang. Sepertinya sepanjang hidup Emak akan terus belajar tentang innerchild dan kesehatan mental. Karena Emak ingin, bukan hanya dia yang bahagia, tetapi juga orang-orang di sekitarnya juga. Bahkan kalau bisa, semua orang! 



Yogyakarta 24 Agustus 2021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar: