Minggu, 26 September 2021

Emang Bisa Ya Menyembuhkan Sendiri Innerchild yang Terluka? Cari Tahu Jawabannya di Sini! Innerchild Bahagia, Dewasa Bermakna.


Alhamdulillah, parade Happy Innerchild telah sampai pada puncaknya. Kali ini narasumbernya adalah Kak Seto Mulyadi dan Kak Anggun Meylani Pohan. 

Free Child

Emak menjadi salah satu orang yang dikatakan oleh Bu Anggun, yaitu merasa heran mengetahui bahwa ada orang-orang yang memilih untuk tidak mempunyai anak kandung. Oh, ternyata ada yang begitu? (Mainnya kurang jauh nih, baru ngeh masalah beginišŸ¤¦‍♀️). 

Emak pikir kalau memilih menikah maka salah satu konsekuensinya ya punya anak. banyak orang yang mengeluarkan biaya begitu besar untuk memperoleh keturunan. Apalagi dalam agama Islam, salah satu pahala jariyah bisa didapat dari anak-anak yang shalih-shalihah. 

Mungkin Emak berpikir begitu karena berasal dari keluarga besar.  Emak anak nomor sepuluh dari satu bapak dan satu ibu. Eyang Kakung dan Eyang Putri, begitu mereka biasa disapa. 

Eyang Kakung sudah meninggal lebih dari dua puluh lima tahun yang lalu. Eyang Putri alhamdulillah masih hidup dan bulan September 2021 ini berusia 92 tahun.

Sejak jatuh saat mati lampu di bulan November 2020 yang lalu, Eyang Putri tidak bisa beranjak dari tempat tidur. Semua aktivitas beliau di tempat tidur saja. Anak-anak Eyang Putri bergantian merawat beliau. Yang tinggal serumah, sekota, bahkan di luar kota, membuat jadwal kapan harus merawat Eyang Putri. 

Alhamdulillah Emak berada di tengah keluarga yang rukun dan kompak, sehingga dalam merawat Eyang Putri tidak ada rasa berat. Mereka  semua ikhlas bergantian merawat beliau. Tidak ada yang mengeluh, tidak ada yang merasa melakukan lebih banyak dari yang lain atau merasa iri saat yang lain tidak merawat Eyang Putri. Suami-suami dari anak-anak perempuan Eyang Putri juga kompak, ikhlas ketika istri-istri harus merawat beliau. Pun anak-anak mereka yang lama ditinggal ibunya untuk merawat Eyang Putri. 

Mungkin karena melihat hal ini, Emak jadi merasa heran ketika ada keluarga yang tidak menginginkan kehadiran anak. Betapa sepinya nanti di masa tua tanpa ada anak-anak.

Namun, Emak menyadari, ada orangtua yang memiliki anak yang tetap merasa kesepian karena tidak memiliki kedekatan dengan anak. Ada orang tua yang menganggap memiliki anak adalah hal yang merepotkan, memberatkan biaya hidup, kemudian setelah dewasa pergi meninggalkan orangtuanya. 

Emak jadi berpikir, apa yang kita tanam, itulah yang kita tuai. Maka bagaimana orang tua mengasuh anaknya itulah yang akan mereka dapatkan di saat tua nanti. Orang tua yang mengasuh dengan kasih sayang dan memiliki bonding yang kuat dengan anak, serta mengajarkan pengetahuan tentang agama, in syaa Allah akan selalu dekat di hati anak-anaknya. Membuat anak rela, ikhlas bila harus merawat orangtua di hari tua dan selalu mendoakan orangtuanya. 

Sedangkan orangtua yang mengasuh dengan kekerasan dan hanya mementingkan dunia, mementingkan kesuksesan anaknya dalam hal pendidikan, pangkat dan harta, tetapi melupakan masalah bonding dan norma-norma dalam agama, maka ketika anak sukses, seringkali anak meninggalkan orangtuanya. 

Emak menyadari juga setiap orang berhak memilih dan menjalani kehidupannya. Emak tidak tahu apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh orang lain, tetapi dia menghormati pilihan mereka. 

Terlebih tidak semua orangtua tanpa anak, adalah kehendak mereka sendiri. Bisa jadi memang Alloh tidak memberikan anak kepada mereka. Maka Emak berusaha untuk memandang tanpa penghakiman dan tidak mengatakan hal-hal yang menyinggung perasaan mereka, meskipun sebenarnya merasa ingin tahu. 

Hidup ini adalah pilihan. Apapun pilihan kita, putuskanlah dalam keadaan sadar.


Kembalinya Si Komo

Sesi berikutnya adalah si Komo! Eh, maksud Emak, Kak Seto. 

Kak Seto membawa gelombang kebahagiaan dengan menghadirkan si Komo dalam pertemuan kali ini. Emak melihat wajah-wajah peserta yang tersenyum saat lagu si Komo Lewat Tol diputarkan. 

Dulu waktu Emak kecil sering mendengarkan sanggar cerita yang dibawakan oleh Kak Seto dan kak Heni Purwonegoro. Maka bisa bertemu dan berbicara dengan kak Seto adalah sesuatu yang luar biasa. Mungkin seperti kalau pecinta drakor ketemu oppa-oppa Korea, hehe. 

Dari Kak Seto Emak belajar bahwa kita sendiri bisa mengobati luka innerchild  dengan jalan berdialaog dengan diri sendiri. Selain itu merilis perasaan yang tidak menyenangkan bisa dilakukan dengan cara yang menyenangkan seperti bernyanyi. Salah satu contohnya adalah lagu si Komo Lewat Jalan Tol. Itu adalah cara kak Seto merilis emosinya tentang kemacetan yang terjadi di Jakarta. 

Anak adalah anugerah dari Allah Swt. Jadikan anak sahabat kita, maka kita akan mendapatkan kekuatan darinya. Kita juga bisa belajar banyak hal dari anak-anak. Emak jadi teringat buku Kak Seto yang pernah  dibacanya. Kalau tidak salah judulnya adalah Anakku,  Sahabat dan Guruku. 

Buku ini adalah hadiah resepsi pernikahan Emak di tahun 1997. Diberikan oleh pemilik Taman Bacaan Matras, Yogyakarta, yang sering Emak sewa bukunya. Beliau bernama Arif Kianjaya. Dari buku ini Emak mendapat wawasan tentang bagaimana Kak Seto membersamai putranya yang bernama Bimo. Di buku ini dikisahkan betapa sabarnya Kak Seto dalam mendampingi Bimo, sehingga apapun kejadian yang mereka alami, yang mungkin bagi sebagian orang tua sangat menjengkelkan, di buku itu menjadi terlihat menyenangkan seperti sebuah permainan. 

Selain diajak bernyanyi, peserta juga bisa bertanya kepada si Komo. Ketika sebagian peserta curhat kepada si Komo, si Komo menanggapinya dengan baik. Dan yang curhat ini bilang kalau apa yang disampaikan si Komo lebih mengena dan lebih disukai dinaseti mamanya. 

Seajaib itulah si Komo. Membawa kenangan yang bahagia.

Namun, di balik kebahagiaan yang dibawa oleh Si Komo, Emak jadi tahu bagaimana masa kecil Kak Seto yang tidak luput dari luka dan perjuangannya hingga pencapaian sekarang. Waktu kecil Kak Seto merasa selalu kalah dari saudara kembarnya. Kata Kak Seto, beliau pernah berbuat nakal, lalu bersembunyi di atas genting dan dicari-cari oleh neneknya. 

Kak Seto juga bercerita bahwa dirinya kabur dari rumah dan selama tujuh tahun hidup menggelandang, kerja serabutan. Hingga akhirnya menjadi seorang Office Boy dan bisa mendapatkan tempat tinggal yang layak. 

Kak Seto mempunyai tokoh wayang idola, yaitu Gatot Kaca. Namun kemudian, beliau menemukan sosok wayang lain yang tidak kalah hebatnya yang bernama Seto. Hal ini menimbulkan dialog dengan dirinya sendiri dan menimbulkan rasa percaya dirinya. Hingga akhirnya Kak Seto menemukan dunia anak yang cocok dengan dirinya dan ditekuninya hingga saat ini. 

Emak menyadari banyak sekali orang-orang dengan innerchild yang terluka. Beruntunglah orang yang menyadari bahwa dia memiliki luka dan ingin menyembuhkannya. Ini adalah langkah awal untuk bisa pulih. 

Seperti halnya Emak. Kesadaran akan adanya luka, keinginan untuk pulih, berlatih dan mengajak orang lain untuk pulih inilah yang atas izin Allah membawanya sampai di sini sekarang. Bertemu dengan orang-orang hebat seperti Mbak Intan Maria Lie, Mas Adi Prayuda, Kak Seto Mulyadi, Kak Anggun Meylani Pohan, Bu Naftali Kusumawardhani, Pak Anthony Dio Martin, Pak Prasetya M Brata, Bu Fena Wijaya, Pak Asep Haerul Gani, Pak Adi W Gunawan, Dokter I Gusti Rai Wiguna dan Mas Adjie Santosoputra di dalam rangkaian Webinar Innerchild Healing Parade for Indonesia. 

Emak berterima kasih kepada Mbak Intan Maria Lie, founder Ruangpulih.com dan Mas Adi Prayuda yang telah menulis buku Luka Performa Bahagia. Juga kepada Mbak Wiwin Pratiwanggini yang telah menyunting bukunya. Tak lupa Emak berterima kasih kepada Mbak Widyanti Yuliandari, buketu IIDN atas segala dukungannya. 

Semoga walaupun parade webinar telah selesai, gaungnya bisa terus bergema dan menebarkan kebaikan untuk semua. Semoga semakin banyak orang yang bisa merasakan manfaat dari buku Luka Performa Bahagia. 

Keajaiban Maindfulness Innerchild Healing Meditation. Sudahkah Anda Merasakannya?

Alhamdulillah malam ini Emak bisa mengikuti acara Innerchild Healing Talk & Meditation bersama @ruangpulih , mbak @intanmaria88 dan mas @adi.prayuda . 

Emak terlambat masuk karena sholat isya dulu. Alhamdulillah dia beruntung  masih bisa ikut meditasinya. 

Sesi meditasi ini luar biasa. Peserta dibimbing untuk menyadari nafas. Hanya duduk dan mengamati nafas. Biarkan nafas mengalir dengan sendirinya, seperti apa adanya. Rasakan kesegaran ketika menarik nafas dan kehangatan ketika mengeluarkan nafas. 

Sadari nafas yang tidak pernah berhenti menemani sejak lahir sampai akhir hidup kita. Berterima kasihlah kepada nafas dan tubuh kita. Amati perasaan yang muncul dari hasil pengamatan tentang tubuh kita. Biarkan apapun rasa yang ada. Terimalah rasa itu. 

Betapa kita sering melupakan apa yang sudah menemani kita sejak lahir. Apa-apa yang tampak atau yang tersembunyi. Seluruh tubuh kita, organ-organ yang ada di dalam tubuh. Mereka selalu bersama kita, tidak henti-henti berkerja agar kita bisa terus menjalani hidup. Sudahkah mensyukuri kehadiran mereka? Sudahkah berterima kasih pada mereka? 

Air mata Emak jatuh ketika menyadari tentang kakinya. Kakinya, sepasang kaki yang luar biasa. Yang terus bekerja walaupun terasa sakit atau lelah. Mereka menopang tubuh berat Emak dan setia membawa ke mana-mana. Hingga malam tiba, cenat-cenut terasa. Alhamdulillah bisa istirahat, dan esok hari mengulang hal yang sama, mendukung segala aktivitas. Terima kasih kaki, terima kasih organ-organ tubuh. Terima kasih diri.... 

Mas Adi juga membimbing untuk melihat kembali ke dalam diri, melihat innerchild kita. Apakah dia terluka? Apakah dia marah? Sedih? Kecewa? Menangis, merengek? Temanilah dia. Sayangilah dia. Peluk dia. Terima semua rasa yang dimilikinya. Jadilah orang dewasa yang kuat dan sabar untuk mengasuhnya. Jadilah orang yang mencintai dia apa adanya, tanpa syarat. 

Duduk bersama luka. Duduk bersama bahagia. Memeluk semua rasa yang ada. Bersatu dalam cinta. 

Buku Luka Performa Bahagia, membantu mengenali innerchild yang terluka, dan memandu kita untuk bisa pulih, berlatih dan semakin berkembang.

Dalam buku ini ada halaman mewarnai mandala yang Emak suka. Bermain-main dengan warna seperti hiburan untuk innerchildnya. 

Dalam pikirannya, dulu innerchild Emak seperti ratu kecil yang selalu bermuka masam dan penuh air mata. Dia memegang tali-tali yang terhubung dengan seluruh tubuh Emak. Ketika ada sesuatu yang mentrigger, dia menarik tali-tali itu, seperti menarik kekang kuda. Emak menjadi tidak berdaya. perilakunya jadi  menyebalkan. Gampang baper dan ngambek. 

Karena tidak mengerti dengan diri sendiri, Emak merasa tidak nyaman dengan dirinya. Selalu merasa ragu dan takut salah. Merasa orang lain selalu benar. Merasa tidak berguna dan selalu merepotkan orang lain. Merasa insecure dan rendah diri. Orang lain di dekat Emak pun menjadi merasa tidak nyaman. 

Akan tetapi, setelah bisa berdamai dengan diri sendiri, mengenali diri, mengenali innerchild dan mengasuhnya kembali, Emak merasa sangat luar biasa. Kalau dulu, di dalam dirinya seperti banyak bagian diri yang bertentangan dan bertengkar, yang membuat Emak merasa lelah lahir batin. Kini, Emak merasa di dalam dirinya adalah satu kesatuan yang utuh. Anak kecil di dalam dirinya telah melepaskan tali-tali yang dipegangnya. Emak jadi merasa bebas dan leluasa dengan dirinya. 

Dalam sesi meditasi tadi malam, ketika mas Adi membimbing untuk menemui innerchild, Emak melihat dia tertawa dan menari-menari. Emak bertanya apakah dia bahagia? Dia mengangguk-anguk dengan senyum lebarnya. Emak bertanya, apakah dia terluka? Dia menggeleng dan memberitahu kalau luka-lukanya sudah sembuh. Dia anak kecil yang merdeka dan bahagia. Dia bebas menjadi dirinya sendiri. Dia melompat dan memeluk Emak. 

Emak bersyukur atas semua pencapaian ini. Dia berharap semakin banyak orang yang bisa mengenali innerchildnya, mengasuh dan membuatnya pulih dari luka. Diri yang sudah pulih dan bahagia akan mempunyai energi yang besar untuk berbagi dengan orang lain. Orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri akan bisa memberdayakan orang lain, karena energinya tidak habis untuk mengelola emosinya sendiri, tanpa tahu cara mengatasinya. 

Ada banyak jalan untuk pulih, latih dan berkembang. Semua jalan layak untuk dicoba. Untuk Emak, metode yang diberikan oleh Mbak Intan dan mas Adi melalui art therapy dan meditasi ini cocok. Semoga demikian juga dengan Anda. 

Kamis, 23 September 2021

Ternyata Cerdas Itu Bukan Hanya Masalah Akademik. Kecerdasan Emosi Juga Perlu Dimiliki Untuk Mencipta Kebahagiaan.


Emak bersyukur bisa kembali mengikuti Webinar Inner Child Healing Parade. Dari sini dia bisa belajar dari orang-orang yang ahli di bidangnya. 

Menerima dan Memaafkan

Emak bisa memaafkan, tetapi tak bisa melupakan! 

Ibu Naftalia Kusumawardhani menjelaskan bahwa untuk sebagian orang memaafkan itu butuh proses yang lama. Untuk bisa memaafkan seseorang harus bisa menerima kejadian yang telah berlalu. Bukan menerima perlakuannya, tetapi menerima keadaannya. Apa yang sudah berlalu tidak bisa diperbaiki. 

Emak juga pernah mengalami hal ini. Mungkin bagi sebagian orang apa yang dia alami adalah hal yang biasa, tetapi untuknya itu meninggalkan luka. Setelah bisa menerima keadaan dan memaklumi bahwa yang terjadi bukan karena mereka ingin menyakiti dirinya, tetapi karena mereka mengira itu adalah hal terbaik yang bisa mereka lakukan saat itu, Emak merasa lebih baik. 

Emak bisa menerima bahwa itu terjadi bukan karena kesengajaan untuk memyakiti. 

Cinta dan Penerimaan

Untuk luka innerchild yang disebabkan oleh orangtua, bisa terjadi sejak di dalam kandungan. Karena itu perlu ditelusuri oleh orang yang ahli di bidangnya untuk mengetahui kapan dan bagaimana terjadinya. 

Orang tua, karena ketidaktahuannya sering mengekspresikan cinta dengan cara yang menyakitkan untuk anak-anaknya. Orang tua mungkin tidak menyadarinya, dan tidak mudah bagi anak untuk membuat mereka mengerti dan mengubah kebiasaannya. 

Apa yang bisa dilakukan anak untuk bisa mengatasinya? Lihatlah esensi dari perlakuan orang tua. Pisahkan orang tua dengan perlakuannya. Misal: orang tua yang ngomel, kita lihat sebenarnya tujuannya apa? Setelah dipisahkan antara orang tua dengan perilakunya, kita bisa melihat bahwa sebenarnya apa yang dilakukan oleh orang tua adalah cinta. 

Kalau kita bisa melihat ini, kita jadi bisa memaklumi apa yang mereka lakukan. Kita bisa menerima perlakuan mereka dan memaafkan orang tua. Tak ada orang tua yang sempurna. Seperti halnya diri kita juga tidak sempurna. Yang ada adalah orangtua yang memginginkan kebahagiaan anak-anaknya. 

Tubuh Merekam Peristiwa

Bila kita mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan, semua itu terekam oleh seluruh tubuh kita. Contohnya pernah ketumpahan bakso sampai tangan melepuh, dua tahun kemudian bila mengalami situasi yang sama, tubuh bisa merespon sama seperti waktu itu. 
Demikian juga dengan hal yang menyenangkan. Tubuh merekam semuanya. Itulah sebabnya meskipun kita tidak mengingat lagi peristiwanya, bukan berarti kita melupakannya. Hal itu hanya terkubur dan akan terus ada sampai kita bisa move on. 

Salah satu kemampuan untuk move on adalah memiliki rasa humor. 

Pada zaman dulu umumnya mendidik anak ada 2 cara. Marah dan maksa. Paradigma orang jaman dulu, kalau anak membantah maka orang tua hilang wibawa. Namun zaman semakin modern.  Kita bisa mengkomunikasikan apa yang dirasakan. Misal bilang, "Ma  aku waktu kecil mama sering marahin. Sekarang aku ingin mama melakukan ini...."
Bisa juga dengan menuliskan surat buat orangtua apa yang kita mau. Jangan pakai WA tapi surat. Karena WA bisa terhapus sewaktu-waktu, atau tertumpuk chat lain dan terlupakan. 

Kita harus mendidik orangtua, mengatakan bahwa kita tahu mereka menyayangi kita, tapi kita tidak suka cara mereka memperlakukan kita. Caranya bisa dengan mengatakan langsung, atau menuliskannya. Bisa juga, memfotocopy dari suatu buku tentang bagaimana sikap orangtua yang diinginkan, lalu berikan pada orangtua atau tempelkan di tempat yang mudah dibaca oleh orangtua. 

Tidak perlu berusaha memaafkan, yang diperlukan hanya menerima. Setelah bisa menerima lama-lama akan memaafkan. 
Langkah untuk memaafkan: menceritakan dulu, lalu menerima dan akhirnya memaafkan. 
Trauma yang terjadi adalah:
Emosinya tersimpannya di amigdala. 
Pemikiran kognitifnya di hipocampus. Dia tidak akan lenyap. Ketika diceritakan kembali, ditambahkan persepsi. Persepsi ini menimbulkan emosi. 

Perasaan Menjadi Korban

Ada orang yang sengaja menjadikan dirinya korban. Dengan menjadi korban mendapatkan perhatian dari banyak orang dan kebutuhan mereka tercukupi. 

Ada istri yang setiap sakit suaminya cuti. Jadi dia membuat dirinya sakit supaya dia ditemani suaminya. Ada seorang anak yang paralisis dia sengaja menjatuhkan diri karena dengan begitu ayahnya khawatir dan menunggui dia selama sakit. 

Padahal ada cara lain untuk menarik perhatian orangtua atau orang lain. Rugi orang yang nenarik perhatian atau simpati orang lain dengan menjadi korban. Rugi kesehatan, waktu, tenaga dan juga saat-saat yang menyenangkan. Bukankah lebih menyenangkan menghabiskan waktu bersama dalam keadaan sehat, bisa jalan-jalan, bisa menikmati makanan enak, daripada menikmati waktu bersama dalam kesengsaraan. 

Apapun kejadian buruk yg menimpa kita, kita punya kempuan untuk memilih respon kita. Dan kita selalu punya solusi untuk mengatasinya. 

Harapan dan Kekuatan

Dari Bapak Anthony Dio Martin, Emak mendapatkan insight tentang harapan. 

Beliau bercerita tentang tikus yang tenggelam. Beberapa ekor tikus dimasukkan dalam air. Mereka berenang-renang berusaha menyelamatkan diri. Menariknya, ada tikus yang kemudian diambil sebentar, dan dimasukkan kembali ke dalam air. Tikus yang pernah diambil ini bisa bertahan lebih lama  karena dia memiliki harapan akan ada yang mengambilnya lagi, dibandingkan tikus yang tidak pernah diambil dari dalam air. 

Pak Anthony menceritakan masa kecilnya yang luar biasa. Namun, bagaimanapun susahnya ketika dia kecil dulu, ibunya selalu memberi harapan dan kekuatan. Karena harapan tersebut Pak Anthony bisa bertahan dan menjadi sukses seperti sekarang ini. 

Anak Kecil Dalam Diri Kita

Berapapun usia kita, ada anak kecil di dalam diri kita. Bila ada yang mensabotase masa dewasa kita, perlu dipertanyakan, bagaimana anak kecil kita? 
Seringkali masa lalu membelenggu kita sehingga tidak bisa ke mana-mana
Peterpan syndrone adalah sindroma anak-anak cowok yang tidak bisa dewasa. 
Kalau perempuan namanya Cinderella syndrom. 

Siapapun punya innerchild, ada innerchild yang bahagia, ada yang terluka. Untuk innerchild yang terluka, ada yang bisa mengatasi, ada yg tidak. Yang lukanya belum teratasi biasanya akan menyakiti orang lain. Karena orang yg sakit cenderung menyakitii orang lain. 
Menurut Tom Robin apapun masa kecil kita, tidak ada kata terlambat untuk mempunyai masa kecil yang bahagia. 

Mengenali dan Mengelola Emosi

Emosi itu netral. Yang ada emosi menyenangkan dan tidak menyenangkan. Tidak ada emosi negatif atau positif. 
Dlm kecerdasan emosi, kita dilatih untuk bisa mengekspresikannya. Ketika marah jangan fokus pada marah, tapi cari solusinya. Jadi marahnya keluar bukan langsung dari amigdala saja tapi audah melewati kortex. 

Tahap pertama kecerdasan emosi adalah awareness. Sadari emosi kita. Kenali apa yang kita rasakan. Dengan begitu kita punya jeda untuk melakukan tindakan selanjutnya. 

Kejadian yang sudah terjadi tidak bisa diapa-apain lagi. Maka kita harus fokus ke masa depan. Jadikan masa lalu sebagai pembelajaran, dan mensyukuri setiap kejadian. Karena apa yang terjadi di masa lalu adalah yang menempa kita hingga menjadi diri kita di masa kini. 

Emak jadi mengerti, bahwa luka yang dialaminya dulu yang membawanya mempelajari tentang innerchild dan bertemu dengan orang-orang yang luar biasa. Emak jadi bisa bersyukur dengan semua hal yang telah terjadi. 

Buku Luka Performa Bahagia
Untuk Sahabat Emak, cobalah tengok ke dalam diri. Kenali innerchild yang ada di sana. Kenali emosi yang dirasakan. Rangkul semua rasa yang ada. Buku Luka Performa Bahagia bisa membantu mengenali innerchild dan berdamai dengannya. 

Buku ini ditulis oleh Mbak Intan Maria Lie dan Mas Adi Prayuda, berdasarkan pengalaman pribadi. Bacalah, dan mari kita bahagia. 

Minggu, 05 September 2021

Masa Iya Sih, Innerchild Bisa Menghambat, Tapi Juga Menghebatkan Masa Dewasa?



Alhamdulillah Emak kembali bisa mengikuti innerchild healing parade Webinar dari Ruangpulih.com pada tanggal 29 Agustus 2021. Kali ini pembicaranya adalah  Dr. Dr. Adi W. Gunawan, ST., Mpd., CCH dan  Drs. Asep Haerul Gani. 

Memberdayakan Innerchild untuk Sukses Masa Depan

Emak mengenal Pak Adi W Gunawan ketika dulu ikut salah satu kelasnya buketu IIDN, Widyanti Yuliandari. Waktu itu Mbak Wid memberikan link audio meditasi bimbingan Pak Adi. Emak sering mengulang-ulang mendengarkannya. Tapi jarang yang sampai selesai, soalnya biasanya Emak sudah ketiduran duluan! 

Pak Adi menyampaikan materinya dengan cara yang menarik. Emak jadi menyadari bahwa di dalam diri kita banyak sekali bagian-bagian diri yang lain. Setidaknya ada tiga bagian yang bisa dikenali.

Coba diamati, sering sekali terjadi pertentangan di dalam diri kita tentang sesuatu. Contohnya saat bangun tidur di pagi hari. Diri  yang satu mengajak segera bangun, diri yang lain merasa ingin lebih lama tidur. Sedangkan diri yang lain lagi adalah bagian yang mengamati pertentangan tersebut dan akhirnya memutuskan, mana yang akan dilakukan.

Salah satu yang lain dari bagian diri kita adalah innerchild. Innerchild yang terluka akan terus mengganggu kita bila tidak disembuhkan. Innerchild butuh diakui keberadaannya dan dia membutuhkan rasa aman. Bila ini tidak terpenuhi dia akan terus mencari perhatian. Uniknya innerchild bisa tinggal di salah satu bagian tubuh dan menyebabkan rasa sakit di sana. 

Pak Adi pernah menangani orang yang innerchildnya tinggal di dalam perutnya. Jadi ketika dia mengalami sesuatu yang mentrigger innerchildnya, bagian perutnya yang terasa sakit. Setelah innerchildnya bisa diatasi, rasa sakit di perutnya tidak muncul lagi. 

Ini pernah Emak alami dulu ketika dia merasa takut untuk pergi ke sekolah, dia selalu merasakan sakit perut. Emak juga sulit buang air besar. Ketika diperiksakan ke dokter, dokter hanya mengatakan kalau Emak kurang olahraga. Tentu saja Emak merasa jengkel, karena dia merasa sakit beneran, tetapi tidak ada yang mengerti dengan keadaannya. Alhamdulillah rasa sakit itu sekarang hampir tidak pernah muncul lagi. 

Tanda bahwa telah sembuh dari luka adalah tidak merasakan emosi yang tidak menyenangkan saat mengingat luka itu. Memaafkan bukan berarti melupakan. Memaafkan adalah menerima dengan ikhlas. Kita bisa sembuh dari luka, menjadi pulih dan berdaya. 

Innerchild Berusaha Melindungi Kita

Alam bawah sadar kita merekam kejadian traumatis yang pernah dialami dan berusaha melindungi kita agar tidak terjadi lagi. Contohnya anak yang melihat orangtuanya bertengkar, dalam pikiran bawah sadarnya menjaga agar anak tersebut tidak mengalami hal yang sama. Bagaimana biar tidak terjadi pertengkaran di antara suami istri, pikiran bawah sadar mengatakan, jangan menikah. Karena itu ada orang yang tidak bisa menikah, bahkan ketika sudah akan ijab kabul, membatalkan pernikahan itu.

Trauma innerchild bisa terjadi sejak masa di dalam kandungan. Ada wanita yang tidak hamil-hamil sekian lama padahal kondisi normal. Setelah diselidiki ternyata ketika dia berusia tiga bulan di dlm kandungan, ibunya pernah berusaha menggugurkannnya. Padahal tidak ada yang menceritakan hal ini. Tetapi janin merekamnya, dan tubuh dewasanya menolak untuk hamil agar dia tidak mengulang kisah ibunya yang ingin menggugurkan kandungan. Setelah diterapi dan sembuh dari traumanya, empat bulan kemudian dia bisa hamil.

Sadari Luka Innerchild

Luka innerchild bisa berlapis-lapis. Seringkali tidak disadari oleh penderitanya. Kita bisa melihat seseorang mempunyai luka innerchild atau tidak, dari tingkah lakunya. Misalkan seorang ayah yang tidak mau mengalah kepada anaknya, kemungkinan masa kecilnya mengalami luka innerchild yang membuatnya enggan mengalah. Seorang tentara yang gagah perkasa dan tidak takut menghadapi senjata, menangis seperti anak kecil ketika disuntik vaksin. Saat menangis ini diri innerchildnya yang menangis, bukan diri dewasanya.

Sangat penting menyembuhkan luka innerchild dan memberinya rasa aman, agar tidak menyabotase perilaku kita ketika dewasa.


Psikodinamika Innerchild Dalam Pernikahan

Dari materi yang disampaikan oleh Pak Asep Haerul Gani, Emak mengerti bahwa masa kecil bisa mempengaruhi tindakan kita di masa dewasa. Innerchild yang terluka dan belum diobati akan mempengaruhi kehidupan di dalam pernikahan. Pertengkaran atau konflik yang terjadi di antara suami istri bisa jadi disebabkan oleh innerchild yang terluka ini. 

Emak pun pernah merasakan hal yang seperti itu. Dulu Emak merasa mudah sekali baper. Hal yang kecil bisa jadi besar karena sebenarnya ketika mengalami suatu kejadian, dia membawa luka innerchild di dalamnya yang membuat sesuatu yang sebenarnya sepele menjadi terlihat besar karena dia melihatnya sebagai seorang anak kecil yang ketakutan. Bahkan sesuatu yang sebenarnya bukan masalah menjadi masalah besar. Tentu saja ini mengganggu relasi dengan Bapak dan anak-anak mereka. 

Ketika luka innerchild telah sembuh, Emak menjadi lebih obyektif dan tidak mudah baper lagi. 


Topeng Dalam Kehidupan

Manusia selalu memakai topeng di depan orang lain. Ketika topeng yang dipakainya tepat waktu dan tempat, maka dia akan bisa diterima oleh orang lain. Tetapi bila memakai topengnya di waktu dan tempat yang salah, akan terjadi konflik. 

Apakah yang dimaksud topeng itu? 

Memakai topeng adalah bagaimana cara kita berperilaku. Saat bersama orang tua, kita memakai topeng anak. Saat bersama istri, kita memakai topeng suami. Saat bersama suami, kita memakai topeng istri. Saat bersama anak kita memakai topeng orang tua. Di kantor kita memakai topeng atasan atau bawahan. Kapan kita tidak memakai topeng dan menjadi diri sendiri? Saat sendirian. 

Yang menjadi masalah adalah ketika kita memakai topeng yang salah di waktu yang salah. Misal saat menghadapi mertua, kita memakai topeng sebagai atasan, tentu terjadi konflik karena sikap kita bisa jadi dianggap kurang ajar. 

Trauma Mungkin Terlupakan, Tetapi Tidak Akan Hilang

Banyak trauma yang terlupakan, namun tidak hilang. Trauma ini muncul bila ada pemicu yang mentriggernya. Contoh ada seorang istri yang selalu merasa terpojok ketika berbicara dengan suaminya. Setelah diselidiki ternyata gerakan tangan suaminya mentrigger masa kecilnya. Saat itu dia pernah masuk ke ruangan kerja ayahnya untuk menunjukkan gambar, tetapi ayahnya marah dan menodongkan pistol ke arahnya. Gerakan tangan suaminya mentrigger ingatan bawah sadarnya tentang tangan ayahnya yang menodongkan pistol padanya. Setelah dia mengenali traumanya dan bisa menyembuhkannya, gerakan tangan suaminya tidak lagi menjadi masalah.

Contoh lainnya ada seorang istri yang selalu histeris ketika didekati suaminya. Ternyata itu disebabkan oleh bau parfume favorit suaminya yang mentrigger pada masa lalunya. 

Pertengkaran Dalam Diri

Di dalam diri kita banyak bagian diri yang lainnya. Dalam kehidupan berumahtangga, seringkali bila suami istri bertengkar, yang bertengkar bukan hanya dua orang itu, tetapi banyak bagian diri yang ikut bertengkar. Bahkan sebelum suami istri bertengkar, di dalam diri mereka sendiri sudah terjadi pertengkaran bagian-bagian dari diri sendiri.

Penyebab Trauma

Banyak kejadian yang bagi orangtua adalah hal yang biasa, tetapi bagi anak-anak menimbulkan luka dan trauma. Contohnya ketika pak Asep didatangi klien yang seorang boss, tetapi setiap akan menjawab pertanyaan selalu meminta persetujuan istrinya dulu. Setelah diselidiki ternyata hal itu disebabkan ketika kecil dulu dia tidak pernah ditanya oleh ibunya, apa keinginannya. Sedangkan kakak dan adiknya ditanya.

Jangan pernah berkata, cuma kayak gitu doang... Karena yang menurutmu cuma kayak gitu, bagi orang lain bisa merupakan trauma yang berakibat panjang.

Kenali Diri, Kenali Pasangan

Dalam pernikahan penting untuk mengenali egostate kita, kemudian mengetahui egostate pasangan. Dengan demikian kita bisa memaklumi apa yang kita dan pasangan rasakan. Penting juga untuk selalu mengingat apa tujuan kita menikah, sehingga kita tidak mudah goyah dalam menghadapi masalah-masalah yang timbul dalam pernikahan. Cintai innerchild kita dan pasangan kita, sehingga bisa sama-sama berproses menjadi lebih baik. 

Selalu ada insight ketika Emak mengikuti webinar dari ruang pulih. Karena itu Emak merasa bersemangat dan tidak ingin ketinggalan di setiap acaranya. 

Ohya apa yang disampaikan oleh Pak Adi dan Pak Asep, juga dipaparkan di buku Luka Performa Bahagia yang ditulis oleh Mbak Intan Maria Lie dan Mas Adi Prayuda. Buku yang sangat menarik dan bermanfaat ini bisa kalian dapatkan dengan harga Rp. 149.000 saja. Selain berisi kisah Mbak Intan kecil, buku ini juga dilengkapi dengan mandala yang bisa diwarnai lho. Kontak Emak bila menginginkan bukunya ya. 



Yogyakarta 5 September 2021