Selasa, 26 Agustus 2008

pussy3

Belakangan ini aku sangat senang. Adik-adikku juga. Karena Pussy ada diantara kami lagi. Tahu nggak, aku dan adik-adikku punya kebiasaan sendiri-sendiri dalam menyayangi Pussy.
Aku senang mengusap-usap kepala Pussy. Kadang-kadang dia kupangku sambil kuusap-usap kepalanya, kalau aku sedang nonton TV. Pussy akan berbaring manja sambil mengeluarkan suara dengkuran dari lehernya. Kadang-kadang dia tertidur. Kalau nggak dilarang Ibu, aku ingin tidur dengan Pussy.
Yudha, adikku yang pertama, sukanya memegang kaki Pussy. Kalau Pussy tidur dia suka menggenggam kaki depannya sambil bilang, “Pussy nyayang aku.”
Yang paling lucu adalah Bagus. Dia suka sekali dengan ekor Pussy. Biasanya kalau nggak ketahuan Ibu, dia suka mengusap-usapkan ekor Pussy ke pipinya, sambil bilang, “Buntut Unyi! Buntut Unyi.” Sampai-sampai temanku yang bernama Rafly memanggil adikku itu dengan sebutan “Bagus Buntut Unyi.”
Tapi entah kenapa yang namanya KUCING, selalu saja punya masalah. Kali ini Harimau yang bikin masalah. Harimau sudah besar. Karena dia kucing jantan, dia merasa harus menandai daerah kekuasaannya dengan….pipisnya!
Aduh! Rumahku jadi bau pipis kucing. Harimau bukan hanya mengencingi tembok rumah, tapi juga gorden, kursi, pintu, bahkan lemari baju yang lupa ditutup pintunya. Tentu saja baju-baju kami jadi bau pipis kucing. Belum lagi kalau ada kucing jantan lain yang nggak mau kalah dengan Harimau. Ikut-ikutan mengencingi rumah kami. Bahkan tempat Sholat pun pernah dipipisi!
Wah….. Ibu marah lagi. Dan kali ini, Harimau yang dibuang!
Ya… Ibu….
Tapi Ibu bilang, kalau ada Pussy kan nanti Pussy punya anak lagi…
Sebenarnya aku sedih. Tapi karena ada Pussy di rumah, aku nggak terlalu memikirkannya.
Dan ternyata, kata-kata Ibu benar. Nggak lama kemudian Pussy hamil.
Makin lama perutnya makin besar. Kalau perutnya sudah besar, Pussy lebih sering tiduran dan malas-malasan. Sampai akhirnya, tiba waktunya Pussy melahirkan!
Seperti waktu melahirkan Harimau dulu, Ibu menyiapkan keranjang untuk Pussy. Keranjangnya diberi alas karpet kecil. Kami pun menunggi Pussy melahirkan.
Akhirnya, setelah berjuang (walau menurutku Pussy nggak merasa sesakit waktu melahirkan Harimau dulu), anak Pussy lahir. Warnanya oranye seperti Harimau.
Seperti yang dulu juga, Pussy menjilati anaknya, menggigit putus tali plasenta, dan memakannya…. Hoek! Ih, menjijikkan!
Lalu anak kedua Pussy lahir. Yang ini warnanya hitam. Tapi nggak hitam banget seperti kucingnya tukang sihir loh!
Sama seperti yang pertama, kamu sudah tahu, jadi nggak usah kuceritakan lagi apa yang dilakukan Pussy.
Ternyata kali ini cuma dua ekor anak Pussy yang lahir. Kukira lebih, karena perutnya masih besar.
“Perut Ibu juga besar, walaupun nggak ada bayinya.” Kata Ibu sambil tertawa.
Oleh Ibu, Anak-anak Pussy itu diberi nama Kin dan Kuro. Kata Ibu Kin artinya emas, dalam bahasa Jepang. Sedangkan Kuro artinya hitam. Maklum saja, Ibu dulu pernah kuliah di jurusan bahasa Jepang. Tapi sekarang ilmunya banyak yang terlupakan karena nggak pernah diamalkan. Tapi katanya Ibu mau belajar lagi, biar ingat lagi.
Kin dan Kuro lahir di kamarku. Bertepatan dengan hari ulang tahun Yudha, yaitu tanggal 3 desember. Yudha senang sekali. Kami semua merasa senang.
Setelah yakin nggak ada anak lagi yang dilahirkan, Ibu mengganti karpet yang kotor kena darah dan lendir dengan kain yang bersih. Lalu mendorong keranjang berisi Pussy dan anak-anaknya ke kolong meja. Kami nggak boleh membuat Pussy merasa nggak aman. Kalau enggak, bisa-bisa anak Pussy dipindahkan lagi.
Hampir setiap saat kami mengintip anak-anak Pussy. Mereka lucu-lucu, dengan mata yang masih merem kalau nggak tidur atau menyusu, berkeliaran di dalam keranjang. Sepertinya Pussy nggak merasa terganggu. Dia membiarakan saja kalau kami memegang-megang anak-anaknya. Tapi kalau kami memegang terlalu kuat dan Kin atau Kuro berbunyi, Pussy pasti langsung waspada dan menghampiri. Tapi Pussy nggak marah. Dia hanya memandangi kami.
Hingga suatu saat, dipagi hari yang masih gelap, Ibu membangunkanku.
“Sekar…. Sekar…. Anak kucingnya sudah melek!”
Aku segera terbangun.
Benar! Kulihat Kuro membuka matanya yang kecil. Ha ha, lucu sekali!
Rasa ngantukku segera hilang. Kubangunkan adik-adikku. Mereka pun senang melihat Kin dan Kuro sudah membuka matanya.
Semakin hari mereka semakin besar. Lama-lama, ASI Pussy saja nggak cukup. Mereka mulai butuh makan.
Akhirnya, mereka harus keluar dari kamarku. Kalau sudah mulai makan, berarti mereka akan mulai sering membuang kotoran. Jadi sekarang mereka ditaruh di belakang rumah. Tapi lucunya Kin dan Kuro nggak mau lagi tidur di keranjang mereka. Mereka malah memilih tidur di keranjang sepedaku!
Harimau sudah pergi. Tapi sebagai gantinya, aku mendapatkan Kin dan Kuro!
Alhamdulillah!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar: