Jumat, 29 Agustus 2008

Marhaban ya Ramadhan

Puasa sebentar lagi.
Pada bulan suci setan diikat, pintu neraka ditutup, dan pintu-pintu surga terbuka. Kesempatan bagi kita untuk beribadah sebanyak-banyaknya. Karena pahala yang diberikan oleh Allah tidak kira-kira.

Logikanya, dengan diikatnya setan, maka kita tidak terganggu oleh apapun yang membuat ibadah kita kendor. Nyatanya, meskipun setan-setan telah diikat, masih juga manusia berbuat salah, malas, kadang-kadang juga pelanggaran, bahkan maksiat. Semoga kita terbebas dari semua itu dan bisa fokus beribadah padaNya.

Menjelang bulan puasa, biasanya orang-orang mulai saling meminta maaf. Kalau di komplek tempatku tinggal, usai acara pengajian rutin kemarin malam, ibu-ibu bersalam-salaman sambil meminta maaf kepada sesama ibu-ibu dan remaja putri. Yang bapak-bapak juga demikian, salaman dan saling meminta maaf dengan bapak-bapak dan remaja putra.

Cara lain yang umum ya sms-an. Buat aku yang nggak begitu terkenal (cie..hehe), sms yang masuk lumayan banyak. Ada yang membalas smsku, ada juga yang duluan kirim ke aku.
Aku kirim sms sesuai urutan abjad di phonebook hpku yang aku kenal (maklum, hp itu lungsuran suamiku, jadi banyak nomor yang nggak kukenal). Waktu sampai di urutan b, tertera nama bapak-ibu, yaitu nomor telp mertuaku. Seketika aku sadar, aku sudah sms ke mana-mana, sudah minta maaf tetangga, tapi kepada orangtua dan mertua malah belum!

Aduh, rasa bersalah menggigiti hatiku.

Kalau kepada suami, aku tidak lupa meminta maaf karena kami selalu bersama. Tapi kepada orangtua yang jauh aku lupa!

Akhirnya malam itu juga aku telpon ke rumah ibu di yogya. Alhamdulillah ibu ada.
Senang rasanya bisa mendengar suara ibu yang lembut dan sangat familier di telinga.
Alhamdulillah ibu sehat. Alhamdulillah kondisi tangan ibu yang retak karena jatuh saat main badminton sudah lebih baik. Yang sangat kusukai kalau menelpon ibu adalah beliau selalu mengakhirinya dengan mendoakan kami.

(Waktu dengar kabar ibu jatuh saat badminton, yang terpikir olehku: wah, ibu mau jadi lim swie king! Tapi aku tahu dari dulu ibu senang badminton. Dokter yang merawat ibu juga nanya, kok nggak ke Beijing sekalian..hehe)

Setelah menelpon ibu aku menelpon ke bapak-ibu di menjing.
Bapak yang menerima sendiri. Ibu dan willy, keponakanku dari kakak tertua mas wied sedang nonton tv. Jadi aku hanya bicara dengan bapak, memohon maafnya dan juga doanya, dan minta disampaikan ke ibu. Insya Allah lain waktu aku akan menelpon lagi dan semoga bisa bicara dengan ibu.

Puasa tinggal beberapa hari lagi. Kakak-kakak dan adik-adikku, Saudara-saudaraku, teman-temanku, mohon maafkan semua kesalahanku. Semoga di bulan suci ini kita dapat mempersungguh beribadah pada Allah dengan niat yang benar-benar karena Allah SWT. Dan usai usai ramadhan nanti, kita menjelma menjadi individu yang lebih baik, lebih faham dalam agama dan lebih mempeng ibadahnya. Amin.

Bekasi, 29 agustus 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar: