Sabtu, 02 Agustus 2025

Diri Kecil yang Merindukan Perhatian


*_Apa kabar, Mak? Aku mau curhat_* tulis teman Emak saat SMA.
*_Dia sering baca statusku, dia juga perhatian banget sama aku kalau lagi ngajar ibu-ibu ngaji. Aku jadi deg-degan. Aku takut sama perasaanku sendiri. Kenapa gini? Padahal usianya jauh di bawahku. Kemarin aku bertengkar sama suami gara-gara ini._*

Emak menghela napas, temennya yang satu ini curhatnya itu-itu aja. Ya tapi soal rasa, emang butuh dikeluarkan. Emak jadi ingat, jangan-jangan temennya ini punya luka innerchild yang membuatnya jadi mudah geer ketika ada yang memberi perhatian.

Emak pun mencari info di smartphonenya.

Di situ tertulis: Kemungkinan besar ada kaitannya dengan luka inner child jika perhatian kecil dari seseorang bisa memicu perasaan yang intens seperti "jatuh cinta", apalagi ketika situasi tersebut terjadi pada seseorang yang sudah menikah dan secara sadar tidak sedang mencari hubungan baru.

Penjelasan Psikologis:

Saat seseorang merasa sangat tersentuh hanya karena perhatian kecil, itu bisa menunjukkan bahwa:

1. Ada kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi di masa lalu, seperti:

Kurangnya kasih sayang dari figur ayah atau ibu.

Tidak pernah mendapat validasi bahwa dirinya berharga, dicintai, atau diperhatikan secara tulus.



2. Perhatian dari guru ngaji mungkin menyentuh bagian dalam dirinya yang dulu sangat merindukan pengakuan atau rasa disayangi — ini yang sering disebut "inner child yang terluka".


3. Perasaan “jatuh cinta” ini seringkali bukan cinta romantis sejati, tapi:

Kekaguman yang berlebihan karena orang tersebut memberikan apa yang selama ini tidak ia dapatkan.

Ilusi kedekatan emosional yang ditafsirkan oleh otak sebagai cinta, padahal itu respons terhadap kebutuhan lama yang terbuka kembali (ter-trigger).

Tandanya Inner Child Terluka:

Berikut beberapa tanda umum bahwa seseorang mungkin membawa luka inner child:

Cepat baper atau berlebihan saat mendapat perhatian/kritik.

Merasa kurang cukup, walau sudah punya pasangan yang baik.

Sangat ingin diterima atau disukai oleh figur otoritas (seperti guru).

Emosi sering tidak sesuai dengan logika/realitas saat ini.



---

Apa yang Bisa Dilakukan?

Sampaikan dengan lembut ke temanmu, bahwa perasaannya valid — tapi perlu dibedakan antara kenyataan dan luka masa lalu yang sedang muncul.

Beberapa langkah yang bisa ia ambil:

1. Refleksi diri: "Apa sebenarnya yang aku rasakan dari sikap guru itu? Apakah aku pernah merindukan perhatian seperti itu di masa kecil?"


2. Jurnal inner child: Menuliskan memori atau perasaan yang muncul, bisa jadi terapi awal.


3. Bicara dengan profesional: Psikolog bisa bantu membongkar akar luka tanpa menghakimi.


4. Meningkatkan kedekatan dengan pasangan: Kadang perasaan "jatuh cinta" pada orang lain muncul karena hubungan utama sedang kekurangan keintiman emosional.
------

Emak mengirimkan artikel itu kepada temannya.

*_kalau kasih sayang dari orang tua kayaknya nggak kurang. Tapi dulu aku pingin banget punya kakak_*

Mungkin perlu ditelusuri lebih lanjut. Emak pun menyarankan temannya pergi ke psikolog.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar: