Senin, 21 Februari 2022

Nostalgia


Bernostalgia ke Gedung Resepsi Pernikahan
NDalem Natan Royal Guesthouse 

Sebenarnya Emak ke Yogyakarta dalam rangka kena jadwal merawat ibunda tercinta yang karena usianya sudah 92th dan pernah jatuh jadi tidak bisa berjalan. Segala aktivitas ibu dilakukan di tempat tidur, jadi harus ada yang menjaganya. 

Ibu tinggal dengan kakak, tetapi suami istri kerja semua, tidak bisa full merawat ibu. Lagipula anak ibu banyak, semua ingin mendapat giliran berbakti pada ibu. Jadilah dibuat jadwal agar semua kebagian pahala. Setiap anak yang tinggal di luar kota mendapat giliran selama sekitar 2 sampai 3 minggu merawat ibu. Kakak-kakak yang sudah pensiun bisa datang bersama pasangan mereka. Tapi suami Emak belum pensiun, dan si bungsu masih sekolah. Jadi kalau kena jadwal merawat ibu, Emak harus meninggalkan suami dan si bungsu di Semarang. Alhamdulillah mereka ikhlas dan ridha ditinggal. 

Alhamdulillah kalau siang hari ada kakak pertama Emak yang menemani ibu. Saat ada kakak inilah kesempatan buat Emak untuk bisa berolahraga jalan kaki sambil refreshing. Kadang Emak berjalan tanpa tujuan pasti. Yang penting bisa olah raga dan berjemur. Tapi sejak start sampai finish Emak selalu berbagi lokasi terkini dengan keluarga, jadi mereka tahu Emak ada di mana. 

Suatu hari Emak berjalan bersama Bapak, suami Emak yang ganteng sholeh, baik hati, tidak sombong dan gemar menabung ๐Ÿ˜. Emak dan Bapak berjalan menuju Bendhung Lepen 

Yaitu sebuah tempat wisata di kali Gajah Wong, Kotagede Yogyakarta. Sayangnya tempat wisata itu sedang ditutup karena ikannya sedang di panen. Kalau mau membeli ikannya bisa datang jam 9 pagi, ikut mengantri bersama orang-orang lain. Kalau mau masuk tempat wisatanya  baru akan dibuka setelah jam 12 siang. 

Sebenarnya Emak dan Bapak bisa saja masuk tempat wisata dengan menerobos pita yang menghalangi jalan masuk pengunjung, tetapi tidak nyaman rasanya menjadi penyusup. Maka Emak dan Bapak pun melanjutkan perjalanan melewati dermaga cinta ❤๐Ÿ˜˜. Eh emang bener itu namanya kok. Bisa dilihat di foto yang dilampirkan Emak. 

Akhirnya Emak dan Bapak sampai di depan sebuah gedung yang dulu pernah menjadi tempat bersejarah, yaitu tempat diselenggarakannya resepsi pernikahan dua sejoli itu hampir 25 tahun yang lalu. Asli Emak lupa kapan tanggal tepatnya. Kalau tidak salah tanggal 27 juli 1997. 

Jadi pas di depan gedung itu rasanya agak-agak gimanaaa gitu. Karena masih pagi,  belum ada pukul 7, gedungnya masih tutup. Jadi ya cuma bisa berselfie di depan pagarnya. 

Keesokan harinya pas Emak jalan-jalan lagi, gedungnya sudah buka. Jadi Emak mampir. Kali ini sendiri karena Bapak sudah kembali ke Semarang. Kembali ke dunia nyata. Alias harus kerja. 

Pas masuk ke gerbang, seseembak yang tadinya duduk di belakang meja di bangunan sebelah kanan yang berfungsi sebagai kafe segera berdiri menyambut. Emak lalu bilang padanya kalau 25th lalu Emak nikahan di gedung itu. Sekarang masuk mau lihat-lihat saja. Si Mbak pun mempersilakan. Tapi dia menawarkan untuk duduk di kafe, dan akan diputarkan film tentang sejarah bangunan itu. 

Emak pun duduk. Ya namanya juga duduk di kafe, disodori menu dong. Padahal Emak barusan makan di Kios Masyarakat depan bangunan itu. Tapi nggak papa lah, mumpung di sini. Emak memesan coklat hangat. Harga kafe, 20k secangkir. Alhamdulillah Emak sudah dibekali uang sama Bapak sebelum pulang ke Semarang kemarin. Terima kasih Bapak, selalu mencukupi kebutuhan Emak ๐Ÿ˜. Alhamdulillah jaza kallohu khoiro, Emak jadi bisa memesan minuman mewah hari ini. 

Si Mbak lalu memutarkan film sejarah singkat Kotagede dan bangunan itu, yang kini bernama nDalem Natan Royal Heritage.  

Sependek ingatan Emak, dalam video itu diterangkan bahwa bangunan itu asalnya milik seorang saudagar permata dari Solo yang bernama Proyodono, sehingga bangunan itu terkenal dengan nama Proyodranan. Namun sepertinya setelah gempa besar th 2006, banyak bagian yang rusak dan bangunan tersebut terbengkelai cukup lama. Akhirnya diambil alih oleh Bapak Nasir Tamara dan dibangun kembali. Butuh waktu 4 tahun untuk merenovasinya. Tukang yang mengerjakannya bukan sembarangan, tetapi yang mengetahui betul tentang bangunan kuno. Bapak Nasir mendatangkan tukang itu dari Jepara, Kudus dan satu tempat lagi, tapi Emak lupa namanya ๐Ÿ™ˆ. 

Setelah menonton video itu, dan menghabiskan coklatnya, Emak pun berfoto-foto di sana. Kata Mbak penjaga kafe, bangunan di sebelah kiri menjadi toko buku. Lalu di bangunan utama ada museum dan guest house. 

Informasi dari Mbak itu (duh padahal kemarin sudah dikasih tahu namanya, tapi Emak lupa), untuk masuk museumnya dikenakan biaya 30k. Museum itu tentang kegiatan jurnalistik Bapak Nasir Tamara di waktu lampau. Lalu untuk guest housenya ada suite room (tapi saat itu tidak disewakan karena dipakai owner), deluxe (rate 700k) dan superior (rate 500k).

Melihat bangunannya yang indah terawat, sepertinya nyaman untuk bermalam. Barangkali suatu saat Emak dan Bapak bisa-honeymoon entah yang ke berapa di sini ๐Ÿ˜. 

Sahabat Emak, apa tempat bersejarah kalian yang paling berkesan? Ceritain yuk.

Desember 2021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar: