Senin, 25 Mei 2015

Belajar dari mendengar: bersyukur atas segala hal

♧Menunggu Alya di kantin sekolah♧

Alhamdulillah Allah paring begitu banyak kenikmatan padaku. Salah satunya adalah bisa bertemu dengan banyak orang. Setiap org punya keunikan masing2. Dari mereka saya bisa belajar tentang banyak hal. Dari mereka saya bisa melihat begitu banyak keajaiban yang telah diturunkan Allah pada hambaNya.

Suatu hari saya bertemu dengan seorang istri pejabat. Istri seorang camat. Yang mengingatkan saya pada kakak sulung saya. Orangnya baik banget. Dia suka menolang orang. Suka nraktir teman2nya. Tapi suka memerintah oranglain. :-D

Lain hari saya bertemu dengan rombongan ibu-ibu muda yang ngerumpi di kantin sekolah. Yg diomongin dari A-Z. Ngomongin anak, tetangga, diri sendiri, peliharaan, belanjaan atau tempat2 yang mereka kunjungi dan kadang berantem sendiri diantara mereka. Lha ngobrolnya keras2 jd walau nggak bermaksud nguping kedengeran juga. Melihat mereka kadang jd seperti melihat sekumpulan anak2 perempuan bermain pasaran. :-D (kenapa aku merasa begitu ya?)

Di kali yang lain saya bertemu dengan ibu muda yang terlihat labil (emang ngerti labil itu apa? Haha...).
Dia bercerita macam-macam tentang diri dan keluarganya. Kadang ceritanya berubah-ubah. Tdnya bilang A, gak lama kemudian yang tdnya A jd B. Hemmh.. ya tidak apa-apalah. Dia sepertinya ingin didengarkan dan diperhatikan. Kalau saya ada waktu dan bisa mendengarkan dia, ya didengarkan saja, daripada bengong nungguin alya pulang. Tdk perlu menilai, tidak perlu tahu kebenaran ceritanya, tidak perlu terlibat, kecuali diminta. Jadi ya saya dengarkan saja.

Di hari yang lain saya bertemu dengan seorang ibu berputri 1 yang telah ditinggalkan suaminya utk selamanya karena sakit. Dia bercerita tentang anak tunggalnya yg dibanggakannya. Bgmn suaminya meninggal dan bagaimana anaknya yg berusia 7th menghadapi kepergian ayahnya. Anaknya tidak menangis. Orang2 bilang dia tidak menangis karena belum mengerti. Tapi setelah pelayat pulang, malam harinya dia bilang kalau dia sudah mengerti ayahnya pergi tidak akan kembali, tapi dia tidak menangis karena ayahnya pernah bilang orang yang meninggal tidak boleh ditangisi. Setiap kangen ayahnya dia  sebentar2 mengajak ibunya mendoakan ayahnya. MasyaAllah... dengernya jadi merinding.

Di lain hari saya bertemu dengan ibu penjual katering. Mendengarkan bagaimana perjuangannya mengelola katering anak-anak sekolah. Bagaimana dia pernah ditipu karyawan dll.

Kadang-kadang saya ngobrol dengan satpam sekolah. Satpam di dalam perempuan. Salah satu tugasnya 'mengusir' ibu-ibu yang nongkrong di kantin dalam sekolah pas jam anak-anak istirahat. Soalnya kasihan anak-anak tidak dapat tempat duduk dan rebutan memesan makanan dengan emak-emak kurang kerjaan (buktinya bisa nongkrong di sekolah gak mikirin kerjaan rumah dll- haha.. sok tahu. Padahal saya jg di sekolah biarpun sambil mikirin kerjaan rumah hehe..).
Kalau kantin di parkiran gak ada razia satpam. Pas istirahat pun boleh saja duduk di sana.
Bu Satpam biasanya mengucap salam dan mengatakan dengan ramah beberapa menit lagi istirahat jadi ibu-ibu yang sudah selesai di kantin supaya meninggalkan tempat itu. Pindah ke kantin luar atau kemana gitu yang tidak mengganggu anak-anak. Tapi ada juga ibu-ibu yang ngeyel, merasa punya hubungan baik dengan pemilik yayasan dan tidak memperdulikan bu Satpam. Bu Satpam pernah bilang juga kalau ibu-ibu itu sebenarnya yang membuat anak-anak mereka tidak mandiri. Kemana-mana diantar dan selalu dibantu, jadinya anak-anak tergantung sama orangtuanya.

Kadang-kadang saya bertemu dengan ibu kantin kampus sebelah. Masih sekolah Putra Darma Islamic School, tapi beda gedung. Anaknya sekelas dengan Alya. Ibu ini punya ide macam-macam. Sebenarnya idenya bagus-bagus. Seperti mengumpulkan uang sukarela untuk menjenguk yang sakit. Atau untuk makan-makan ibu-ibu satu kelas. Yang jadi masalah, dia tidak mau mengerjakannya. Pernah suatu kali saat anak-anak buka puasa bersama romadhon kemarin. Dia punya ide ibu-ibunya urunan untuk buka bersama juga -karena dari sekolah yang dapat makan kan cuma siswa. Ketika itu tiba-tiba dia memberikan uang beberapa puluh ribu ke saya (karena saya korlas) yang tidak tahu apa-apa. Dia cuma bilang, ini uang buat buka bersama ibu-ibu. Karena saya tidak tahu urusannya dan tidak merasa menyanggupi apa-apa jadi saya tolak. Belajar bilang "tidak", walaupun ternyata tidak gampang. Apalagi orangnya maksa..

Sudah ah ceritanya. Pada intinya, ketemu banyak orang itu menyenangkan. Jadi bisa melihat warna warni kebesaran Allah. Jadi bisa lebih bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan padaku. Yang tidak bisa dihitung. Allah juga tidak memerintahkan untuk menghitung. Kita cuma diperintahkan untuk bersyukur. Sudah begitu kalau bersyukur Allah menambahi nikmatNya. Masya Allah..

Alhamdulillahirobbil'alamiin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar: